Iklan

Selasa, 04 Januari 2011

Cita-cita

Dari dulu hingga kini cita-cita ku tak pernah tetap. Seperti air di atas daun talas, aku berpindah dari satu keinginan ke keinginan yang lainnya. Namun cita-cita yang paling lama bertahan bagiku selama ini adalah menjadi komikus. Karena terinspirasi oleh Masashi Kishimoto ketika aku masih duduk di bangku SMP kelas 2, aku pikir akan sangat menyenangkan menjadi pengarang komik. Namun, hasilnya sekarang adalah...aku terdampar di Desain Komunikasi Visual di salah satu perguruan tinggi swasta yang aku sendiri tidak begitu exited dengannya. Aku hanya bermimpi bisa kuliah di bidang seperti ini sehingga tidak ada lagi masa-masa belajar dan berhitung, yang ada hanyalah menggambar dan menggambar. Tapi, sekarang aku seperti sudah bosan dengan hal itu. Malah lebih beralih ke olahraga. Entah kalau aku terjun ke olahraga cepat atau lambat aku akan merasa bosan lagi.
Ada quota menarik, yaitu "Jangan kerjakan apa yang kamu cintai, tapi cintailah apa yang kamu kerjakan". Mungkin setiap pekerjaan akan menemui sisi jenuhnya. Bayangkan saja ayahku selama beruluh-puluh tahun duduk di kantor dan di rumah, mengetik, mengajar di kelas, melakukan proyek dan penelitian tumbuhan, dan itu terus yang dikerjakannya. Memang akan bosan, tapi daripada anak dan istri tidak makan, lebih baik dijalani.
Untuk cita-cita ku menjadi komikus, banyak sekali rintangan yang akan menghadang. Aku bisa membayangkannya, dan dari cerita-cerita para komikus pro juga mengatakan bahwa perjuangan untuk menjadi komikus pro itu tidak gampang. Harus mengalami kegagalan, pusing, kurang tidur, sakit, pegal-pegal (haha..), dan lainnya. Tapi menyenangkan sekali rasanya, sensasinya ketika..orang lain membaca karya kita dengan penuh keseriusan dan kepuasan setelah membacanya. Artinya karya hiburan kita berhasil menghibur. Ya tentunya cara menghibur di sini adalah dengan memiliki gambar yang bagus, bahkan kalau bisa yang menakjubkan juga, dan juga plot dan ide cerita yang menarik. Ya, semuanya butuh waktu dan proses hingga kita meguasainya. Tapi, di dalam lubuk hatiku aku takut. Takut jika aku gagal. Selamanya tidak pernah akan menjadi komikus, bahkan tidak di negeri sendiri. Takut, bila pekerjaanku tak menentu. Yang terpikirkan olehku kini adalah aku harus bisa memiliki toko, paling tidak warung atauu tempat fotokopian yang dibutuhkan oleh banyak orang, dan yang kedua aku harus kerja di perusahaan. Agar menjadi karyawan yang setiap bulan mendapat gaji yang pasti. Bayangkan saja jika menjadi free lancer dan harus hemat selama sebulan karena tidak ada job request.
Menjadi atlet taekwondo juga merupakan salah satu ambisiku. Aku memiliki terlalu banyak mimpi dan ambisi yang tidak satupun aku berusaha untuk meraihnya. Betapa naifnya diriku!
Mungkin aku harus melakukannya saja. "Just do it!" Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Toh, rezeki kita sudah diatur, tidak usah takut kekurangan. Semoga aku bisa meraih cita-citaku menjadi komikus pro di seluruh dunia dan membangun negeri ini menjadi lebih baik. Amiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar