Iklan

Senin, 31 Januari 2011

What I think about this country

Sekarang saya sdg berada di stasiun kereta api yang telat setengah jam. Biarpun gitu tp sy udah nunggu dr jam stgh 11 malam,kini jam stgh 1 pagi. Keadaan penat ini ditambah capek dr perjalanan backpacker membuat sy menyadari beberapa hal.

Yakni, tentang beberapa poin yg terlintas di pikiran saya untuk membuat negeri dan bangsa ini lebih maju dan sejahtera,karena saya merasa diperlakukan tidak adil oleh perusahaan, masa' hanya karena saya masuk kelas ekonomi, maka keretanya harus 'ngetem' alias menunggu kereta eksekutif untuk mendahuluinya? Masa bodoh dengan mana kereta yang sampai duluan. Kalau keretanya sudah berangkat, ya jangan stop. Saya naik ekonomi juga dikasih fasilitas seadanya, tdk usah ditambah embel2 siapa yang harus sampai duluan. Saya rasa di luar negeri peraturan nya tdk seperti ini. Lagipula, siapa yang peduli ekonomi sampai duluan daripada eksekutif? Mereka sudah nyaman dengan fasilitas dg eksekutif. Kalau gini namanya penganiayaan.

Hal seperti ini membuat saya sadar betapa bodohnya peraturan di negeri ini. Dan saya tdk mau membiarkan hal itu. Jadi saya tuliskan beberapa poin untuk memperbaiki bangsa kita.

Beberapa poin itu adalah:

1. Kurangnya perhatian pemerintah kepada rakyatnya.
--> Pembaca sekalian, sekarang saya berada di stasiun kereta api yang arsitektur nya sudah kuno sekali. Tidak dapat saya bayangkan berapa puluh tahun arsitektur ini sudah bertahan sejak dibangun. Mungkin pernah dikonstruk ulang oleh pemerintah. Tapi, paling tidak dibuat lebih modern sedikit dari tampilannya yang sekarang dong. Pembangunan juga kebanyakan terpusat pada ibu kota negara. Indonesia ini luas, sangat luas, Papua, apakah pulau yang kaya dengan sumber daya alam dan tambangnya memiliki tranportasi yang memadai seukuran dengan pulau jawa? Jawabannya adalah tidak. Ayo lah kita bangsa indonesia bangkit. Kita yang berada di daerah manapun yang merasa kurang mendapat perhatian dari pemerintah keluarkan suara kalian! Kalau kalian mengatakan kita sudah merdeka dari penjajah luar negeri, jawabannya adalah iya. Tapi kita masih butuh pengisian kemerdekaan yang baik. Kita membayar pajak dan sebagainya, namun ada yang dikorupsi. Dan kita rakyat banyak sekali toleransi nya. Termasuk dengan hukuman penjara yang tidak memuaskan bagi koruptor karena kadang korupsi yang dilakukan besar namun hukumannya hanya bebepara tahun saja. Kita dipermainkan oleh 'atasan' kita. Dan kita hanya bisa banyak-banyak toleransi? Tidak! Berontak lah. Seharusnya semua lapisan masyarakat tidak perduli ia kerja apa atau apa pangkatnya, harus sadar diri dan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Negara ini memiliki sejarah yang luar biasa. 'Penjajahan' atasan kepada bawahan sudah dilakukan sejak tahun 1960-an. Dan seperti menjadi budaya hingga saat ini yang sulit dihapuskan. Para petinggi janganlah egois, tapi pikirkanlah juga rakyat mu. Kita hanya butuh kejujuran dan perhatian serius kepada kami. Kami mempercayakan pembangunan dan pengorganisasian negara kepada anda. Jadi, bangunlah indonesia ini menjadi lebih modern di semua pulau. Kita tidak bisa tertinggal lebih jauh lagi dari negara maju. Perhatikanlah setiap yang butuh perhatian.

2. Masyarakat kurang tertarik pada sains dan teknologi.
--> Pikirkan atau ingat-ingat apakah teknologi yang dihasilkan murni dari bangsa kita. Saya tidak dapat menemukannya. Bangsa kita sejak dulu memang pula sekali dengan seni, terbukti dengan budaya nya yang banyak. Rumah, pakaian, makanan,dan masih banyak lagi. Tapi dari sejarah yang bisa kita lihat sejak masa kerajaan kuno dulu, hanya sampai batas membuat senjata pedang atau candi kita majunya. Sewaktu negara barat sudah memiliki meriam dan kapal besar, kita bahkan belum punya senjata api. Dari ketertinggalan teknologi dan serakah kekuasaan bangsa kita mudah diserang dan di cerai-berai kan. Kunci maju adalah teknologi. Kita harus dapat menemukan teknologi murni dari kita sendiri, mempatenkan nya lalu menjual nya ke luar negeri. HP, mobil, komputer, pesawat. Semua merupakan bagian dari gaya hidup zaman sekarang. Tapi kita tidak bisa memproduksi satupun dari hal-hal diatas. Anak sekolahan harusnya diberi semangat dan diiming-imingi mimpi dapat membuat teknologi bangsa kita sendiri. Sehingga semangat belajar pelajaran sulit seperti sains.

3. Penghargaan terhadap karya orang lain.
--> Pembajakan dan sebagainya yang menjadi tindakan kriminal hak kekayaan intelektual masih banyak dijumpai di indonesia. Bagaimana anak bangsa yang berbakat dan berprestasi mau membuat suatu hal baru kalau hal seperti itu membuat mereka kesal? Kerja di luar negeri karena merekalah yang menghargai kemampuan dan usaha mereka. Lalu kita jadi kehilangan orang-orang yang berkompeten. Pemerintah harus lebih perduli mengembangkan teknologi bukan hanya urusan logistik saja.

Mau maju?

Ini adl tulisan dr sebuah buku :
'' ...Infrastruktur vital beriikutnya adl sumber daya manusia yang mampu melakukan kegiatan riset. Kapasitas sumber daya manusia tentu bergantung pada sistem pendidikan yang melahirkan sumber daya tersebut. Oleh karena itu, sistem pendidikan harus diprogramkan secara sadar agar dapat memproduksi sumber daya manusia dgn pendidikan dan pengetahuan maju (advanced); dalam jumlah yang mencukupi (critical mass); terampil melaksanakan riset; serta berbudaya meneliti. Sistem pendidikan di Indonesia secara menyeluruh---mulai dari taman anak-anak sampai post-doktoral---masih belum mengacu pada kebutuhan masa depan nasional. Tulisan ini tdk meninjau subproses invensi secara detail, karena subproses tersebut sebenarnya tdk memerlukan infrastruktur khusus selain manusia yg cerdas. Hal ini kiranya dapat dipenuhi dari sumber daya manusia pelaku riset yang sudah ada. ...''.
Setuju adl pendapat saya mengenai tulisan di atas. Sebenarnya ada orang2 riset teknologi dan sains di Indonesia,saya pernah baca di ' www.goodnewsfromindonesia.org '.
Sejujurnya saya iri dgn negara maju yg nilai tukar mata uangnya tinggi shg mrk bisa pergi jalan2 keluar negeri dgn biaya yg tdk terlalu tinggi mnrt ukuran mrk. Dan iri dgn berbagai macam hiburan yg ada di kota2 yg tersebar hampir merata di seluruh negeri,jerman contohnya. USA punya walt disney,pixar,hollywood,dll. Semuanya mrpkn ide kreatif MODERN.
Entah kenapa inovasi bangsa Indonesia tdk terlalu byk. Penghargaan terhadap ide baru merupakan salah satu kunci utk itu. Yg mana krg dijumpai di Indonesia. Apatis terhadap sains karena menganggapnya susah,plagiatisme\pembajakan,dan budaya malas menghambat terciptanya manusia2 yg kreatif dan inovatif. Industri kreatif msh kurang.
Contoh saja dlm bdg permesinan. Berapa tahun kita mengimpor saja mobil,sepeda motor,pesawat? Kenapa tdk berusaha membuat sendiri? Susah memang,namun tdk jg akan tdk membuahkan hasil.
Salah satu faktor yg menghambat para org2 berjiwa inovatif adl krgnya sarana serta media utk mewujudkan mimpi2 tersebut. Contoh, komik lokal baru2 saja kembali muncul ke permukaan, itupun setelah iklan2 oleh perusahaan penerbit komik agar masyarakat mau membuat komik yg akan mereka terbitkan. Knp tdk dr dulu saja iklan itu dipublikasikan? Lalu lembaga sains, selain universitas, dimana lagi seorang Indonesia bisa mengekspresikan rasa cinta nya terhadap sains dan teknologi, bahkan mgkn bs menginvensi sesuatu yg baru kalau lembaga2 tsb sepertinya tdk diperuntukkan bagi anak2 dan remaja? Logikanya, semakin cepat start seseorang, maka akan semakin cepat pula ia akan sampai pd finish. Sarana2 utk kemandirian bangsa seharusnya dibuat utk semua kalangan, tdk perduli umur, kemapanan, dan gender, atau tingkat pendidikan.
Negara yg kaya adl negara yg bs menjadi penopang bg negara yg lain karena kemampuan yg mereka miliki. Jika ingin meningkatkan skill, maka selain usaha, bimbingan sangat diperlukan.
Hello? USA sudah bikin roket!

Kamis, 20 Januari 2011

Bijaksana

Dalam hidup yang penuh keinginan ini, kita dihadapkan pada berbagai situasi yang bisa dibilang suka bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan.
Namun firman Allah SWT:

"Kami tidak akan memberikan pertolongan jika tidak Kami berikan cobaan" (kalau tidak salah seperti ini bunyinya, maaf kalau salah, tapi intinya seperti itu)
"Kami tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika tidak kaum itu sendiri yang mengubahnya"
"Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan"
"Kami tidak akan memberi cobaan pada seseorang melebihi kemampuannya"
"Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil"
"Barang siapa yang menolong agama Ku maka Aku akan menolongnya"
"Sesungguhnya Kami bersama persangkaan hamba Kami"

Selain dalil-dalil diatas masih banyak lagi kata-kata mutiara lainnya yang memberikan semangat.

"Apa yang kau pikirkan, adalah kamu. Dengan pikiran, kita menciptakan dunia"-Buddha
"Siapa yang percaya dia bisa, maka dia bisa melakukannya"-Buddha

Nilai semester 3 ku ini jelek. Seenggaknya untuk mata kuliah statistika yang aku remehkan. C-, itulah nilaiku sehingga harus aku ulang mata kuliah itu. Aku terlalu menganggap remeh. Benar bahwa perbuatan kecil maupun besar, baik atau buruk pasti akan dibalas oleh Allah SWT. Aku harus yakin bahwa Ia ada, dan agamanya haq, serta bahwa dalil-dalil Nya haq. Aku tak boleh berbuat buruk lagi pada orang lain maupun diriku sendiri. Aku harus bisa menyaring perbuatanku dan pikiranku menjadi yang terbaik saja. Buka yang terpintar, tapi yang terbijak.

Aku bersumpah demi nama Allah akan berusaha selalu untuk tidak mendapat nilai C dalam rapor nilaiku lagi, dan bersumpah untuk tidak malas dan menyerah untuk menjadi pengarang komik pro nomor satu di Indonesia dan terkenal di seluruh dunia. Aku akan jadi komikus pro yang terkenal di seluruh dunia!

Itu janjiku pada diriku sendiri. Demi nama Allah, insya Allah akan dikabulkan. Jika aku terus tekun dan rela berkorban apapun. "KAMIKAZE" pun tak masalah. Tapi aku harus menolong agama Allah dulu.

Mudah-mudahan bukan hanya omong kosong. AKAN KUBUKTIKAN PADA DIRIKU SENDIRI!!!

Rabu, 12 Januari 2011

Paradigma Hidupku

Kata orang masa SMA adalah masa dimana kita mulai mencari jati diri kita. Ya, ketika SMA aku jatuh ke dalam kesedihan yang berlarut-larut, tidak seperti kebanyakan orang yang memliki masa SMA nya dengan senang-senang. Aku mendapati sebuah buku yang berjudul 'ZEN Wisdom'. Aku membelinya, membacanya dan berharap menemukan suatu titik terang dalam hidupku yang kelam selama setahun itu. Dan aku menemukan apa?
PENERIMAAN atas segala sesuatu. Baik, buruk, sedih, lucu, menyenangkan, bosan. Tak ada yang ahrus diubah dalam hidup. Jika kau merasa bosan, ya bairkanlah. Tak usah mencari kegiatan untuk membuatmu tak merasa bosan. Kita berlatih menerima hidup apa adanya, dan tidak lari dari masalah atau hal yang kita benci.

Selama dua tahun berikutnya, hidupku memang telah berubah. Aku mempraktekkan ZEN dan hasilnya aku bahagia. Walau kadang aku sedih karena aku waktu itu harus bahagia karena membuat orang lain bahagia, yang mana aku jadi korban olok-olokan. Tapi semuanya berlalu seiring dengan waktu. Aku mulai ikhlas. Namun aku jadi orang yang polos. Di kehidupan kuliah tak boleh polos pikirku. Makanya sejak awal masuk kuliah aku melunturkan sedikit demi sedikit ZEN-isme alam mentalku. Dan malah ingin belajar sarkas. Yang hasilnya malah kebalikan dari apa yang aku harap. Sungguh tak mengerti aku. Kenapa hidup tak bisa sempurna? Kutunggu bukuku dikirim lagi oleh temanku. :)

Aku ingin menjalani hidup yang pragmatis lagi. Walau harus berkorban, namun aku ingin mengerti untuk apa aku berkorban :) dari buku itu. :D

Culture Shock (Kaget akan Budaya Baru)

Culture Shock akan saya translate pengertian dan penjelasan-penjelasannya dengan google translate yang saya cari bahannya dari wikipedia. Ini dia...:

Budaya shock adalah kesulitan orang menyesuaikan diri dengan budaya baru yang berbeda mencolok dari mereka sendiri.
Antusias menyambut ditawarkan kepada mahasiswa India pertama yang tiba di Dresden, Jerman Timur (1951)

Kejutan pindah ke luar negeri sering terdiri dari tahap yang berbeda, meskipun tidak semua orang melewati tahap ini dan tidak semua orang dalam budaya yang baru cukup lama untuk melewati semua lima. [1] Tidak ada gejala tetap dianggap berasal dari kejutan budaya sebagai setiap orang dipengaruhi berbeda. [2]


Tahap Honeymoon

Selama periode ini perbedaan antara budaya lama dan baru terlihat dalam cahaya yang romantis, indah dan baru. Misalnya, dalam pindah ke negara baru, seorang individu mungkin menyukai makanan baru, laju kehidupan, kebiasaan masyarakat, bangunan dan sebagainya. Selama beberapa minggu pertama kebanyakan orang tertarik dengan budaya baru. Mereka bergaul dengan warga negara yang berbicara bahasa mereka dan sopan untuk orang asing. Periode ini penuh dengan pengamatan dan penemuan-penemuan baru. Seperti banyak bulan madu tahap ini akhirnya berakhir. [3] "Ketika seseorang menetapkan untuk belajar, tinggal atau bekerja di negara baru, ia selalu akan mengalami kesulitan dengan bahasa, perumahan, teman, sekolah, kerja ..."


Tahap Negosiasi
Setelah beberapa waktu (biasanya tiga bulan tapi mungkin bisa cepat atau lambat tergantung pada individu), perbedaan antara budaya lama dan baru menjadi jelas dan dapat menimbulkan kecemasan. Bahwa perasaan senang akhirnya akan memberi jalan kepada perasaan yang baru dan tidak menyenangkan dari frustrasi dan kemarahan sebagai Anda terus mengalami pertemuan yang tidak menguntungkan yang menyerang Anda sebagai aneh, ofensif, dan tidak dapat diterima. [...] Ini reaksi biasanya berpusat pada kendala bahasa yang hebat serta perbedaan mencolok dalam: kebersihan publik; keselamatan lalu lintas, jenis dan kualitas makanan [...].[ 4] Ini periode yang sangat sulit bagi orang-orang yang perlu menyesuaikan diri dengan budaya baru, terutama bagi siswa yang belajar di luar negeri sendiri tanpa keluarga. Pada periode ini, orang mungkin merasa bahwa gaya hidup mereka benar-benar dipengaruhi. jam biologis mereka dalam kekacauan karena perbedaan waktu, mereka tidak dapat bekerja dengan baik dan tidak bisa istirahat dengan baik baik. Selain itu, mereka mungkin merasa sakit dan malas, mereka mungkin mendapatkan apa-apa melakukan lelah tidak peduli betapa mudahnya. Apa lagi, perubahan yang paling penting pada periode adalah komunikasi. Orang-orang yang menyesuaikan suatu budaya baru akan merasa kesepian dan rindu karena mereka harus terbiasa dengan lingkungan baru dan bertemu orang dengan siapa mereka tidak terbiasa setiap hari. Mereka tidak pandai bahasa asing sehingga sulit untuk terlibat dalam sebuah hubungan sosial yang baru. Mereka harus berpikir masak-masak sebelum mereka berbicara untuk menghindari kecerobohan linguistik, dan mereka juga harus mendengarkan dengan cermat setiap kata yang dikatakan orang lain untuk memahami orang benar. Oleh karena itu, sebagian besar siswa internasional merasa cemas dan memiliki tekanan yang lebih tinggi dalam mengatur budaya baru, dikatakan oleh Choi Han, yang merupakan murid WCC dari Korea Selatan "Saya selalu harus belajar lebih dari siswa Amerika datang ke tingkat dari sisa siswa ". Ya, memang benar untuk sebagian besar orang-orang yang dalam Fase Negosiasi;. Mereka memiliki banyak masalah dan tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana untuk mendapatkan bantuan [5]


 Tahap Penyesuaian

Sekali lagi, setelah beberapa waktu (biasanya 6 - 12 bulan), satu tumbuh terbiasa dengan budaya baru dan mengembangkan rutinitas. Satu tahu apa yang diharapkan dalam kebanyakan situasi dan negara tuan rumah tidak lagi merasa semua yang baru. Satu menjadi prihatin dengan hidup dasar lagi, dan hal-hal menjadi lebih "normal". Satu mulai mengembangkan kemampuan memecahkan masalah untuk berurusan dengan budaya, dan mulai menerima cara-cara budaya dengan sikap positif. Budaya mulai masuk akal, dan reaksi negatif dan tanggapan terhadap budaya dikurangi.


 Tahap Penguasaan

Dalam penguasaan panggung assignees dapat berpartisipasi penuh dan nyaman dalam budaya tuan rumah. Penguasaan bukan berarti konversi total, dan orang-orang yang mampu tidak mengadopsi beberapa aspek budaya tuan rumah. Hal ini sering disebut sebagai tahap bikulturalisme.


Catatan Umum

Shock Budaya tidak bisa hanya terjadi setelah fase bulan madu, tetapi langsung saat kedatangan di negara ini. Anda dapat segera mulai merindukan negara asal Anda, bahkan hal-hal yang Anda tidak suka tentang hal itu, dan rindu makanan rumah Anda, keluarga, teman, dll Hal ini tidak dianjurkan untuk tidur berlebihan, mengisolasi diri, atau kemarahan terhadap orang host anda . Anda harus menulis, menghabiskan waktu dengan keluarga tuan rumah, atau orang-orang, dan mencoba untuk menyesuaikan diri dengan budaya-termasuk makan bahkan jika Anda tidak lapar, tidur pada waktu-tidak normal ketika Anda merasa Anda harus, dan menyesuaikan diri dengan waktu perubahan (jika ada).


Reverse Shock Budaya

Reverse Culture Shock (alias "Re-entry Shock", atau "kejutan budaya sendiri" [6]) mungkin terjadi - kembali ke budaya rumah seseorang setelah tumbuh terbiasa dengan yang baru dapat menghasilkan efek yang sama seperti dijelaskan di atas. Ini hasil dari konsekuensi psikosomatis dan psikologis dari proses penyesuaian dengan budaya utama [7] Orang yang terkena sering. menemukan ini lebih mengejutkan dan sulit untuk menghadapi dari kejutan budaya asli.


  Hasil

Ada tiga hasil dasar Tahap Penyesuaian:

     * Beberapa orang merasa tidak mungkin untuk menerima budaya asing dan mengintegrasikan. Mereka mengisolasi diri dari lingkungan negara tuan rumah, yang mereka datang untuk melihat sebagai bermusuhan, menarik diri ke dalam "ghetto" dan melihat kembali ke budaya mereka sendiri sebagai jalan keluar saja. Ini "Rejectors" juga memiliki masalah terbesar mengintegrasikan kembali ke rumah setelah kembali.
     * Beberapa orang mengintegrasikan sepenuhnya dan mengambil semua bagian dari budaya tuan rumah sementara kehilangan identitas asli mereka. Mereka biasanya tetap di negara tuan rumah selamanya. Kelompok ini kadang-kadang dikenal sebagai "Adopter".
     * Beberapa orang berhasil mengadaptasi aspek budaya lokal yang mereka lihat sebagai positif, sekaligus menjaga sebagian dari mereka sendiri dan menciptakan campuran unik mereka. Mereka tidak memiliki masalah besar pulang ke rumah atau relokasi tempat lain. Kelompok ini dapat dianggap agak kosmopolitan.

Shock Budaya memiliki efek yang berbeda, rentang waktu, dan derajat keparahan. [8] Banyak orang cacat oleh kehadirannya dan tidak mengenali apa yang mengganggu mereka.


 Transisi shock

Budaya shock adalah subkategori dari kejutan membangun transisi lebih universal disebut. Transisi shock adalah keadaan kerugian dan disorientasi didasarkan oleh perubahan dalam lingkungan akrab seseorang yang membutuhkan penyesuaian. Ada banyak gejala shock transisi, beberapa yang meliputi:

     * berlebihan keprihatinan atas kebersihan dan kesehatan
     * perasaan tak berdaya dan penarikan
     * mudah tersinggung
     * menatap sayu
     * keinginan untuk rumah dan teman-teman lama
     * reaksi stres fisiologis
     * kerinduan
     * kebosanan
     * penarikan
     * mendapatkan "terjebak" pada satu hal
     * berlebihan tidur
     * makan kompulsif / minum / berat badan
     * warga negara tuan rumah stereotip
     * permusuhan terhadap warga negara host

Selasa, 04 Januari 2011

Cita-cita

Dari dulu hingga kini cita-cita ku tak pernah tetap. Seperti air di atas daun talas, aku berpindah dari satu keinginan ke keinginan yang lainnya. Namun cita-cita yang paling lama bertahan bagiku selama ini adalah menjadi komikus. Karena terinspirasi oleh Masashi Kishimoto ketika aku masih duduk di bangku SMP kelas 2, aku pikir akan sangat menyenangkan menjadi pengarang komik. Namun, hasilnya sekarang adalah...aku terdampar di Desain Komunikasi Visual di salah satu perguruan tinggi swasta yang aku sendiri tidak begitu exited dengannya. Aku hanya bermimpi bisa kuliah di bidang seperti ini sehingga tidak ada lagi masa-masa belajar dan berhitung, yang ada hanyalah menggambar dan menggambar. Tapi, sekarang aku seperti sudah bosan dengan hal itu. Malah lebih beralih ke olahraga. Entah kalau aku terjun ke olahraga cepat atau lambat aku akan merasa bosan lagi.
Ada quota menarik, yaitu "Jangan kerjakan apa yang kamu cintai, tapi cintailah apa yang kamu kerjakan". Mungkin setiap pekerjaan akan menemui sisi jenuhnya. Bayangkan saja ayahku selama beruluh-puluh tahun duduk di kantor dan di rumah, mengetik, mengajar di kelas, melakukan proyek dan penelitian tumbuhan, dan itu terus yang dikerjakannya. Memang akan bosan, tapi daripada anak dan istri tidak makan, lebih baik dijalani.
Untuk cita-cita ku menjadi komikus, banyak sekali rintangan yang akan menghadang. Aku bisa membayangkannya, dan dari cerita-cerita para komikus pro juga mengatakan bahwa perjuangan untuk menjadi komikus pro itu tidak gampang. Harus mengalami kegagalan, pusing, kurang tidur, sakit, pegal-pegal (haha..), dan lainnya. Tapi menyenangkan sekali rasanya, sensasinya ketika..orang lain membaca karya kita dengan penuh keseriusan dan kepuasan setelah membacanya. Artinya karya hiburan kita berhasil menghibur. Ya tentunya cara menghibur di sini adalah dengan memiliki gambar yang bagus, bahkan kalau bisa yang menakjubkan juga, dan juga plot dan ide cerita yang menarik. Ya, semuanya butuh waktu dan proses hingga kita meguasainya. Tapi, di dalam lubuk hatiku aku takut. Takut jika aku gagal. Selamanya tidak pernah akan menjadi komikus, bahkan tidak di negeri sendiri. Takut, bila pekerjaanku tak menentu. Yang terpikirkan olehku kini adalah aku harus bisa memiliki toko, paling tidak warung atauu tempat fotokopian yang dibutuhkan oleh banyak orang, dan yang kedua aku harus kerja di perusahaan. Agar menjadi karyawan yang setiap bulan mendapat gaji yang pasti. Bayangkan saja jika menjadi free lancer dan harus hemat selama sebulan karena tidak ada job request.
Menjadi atlet taekwondo juga merupakan salah satu ambisiku. Aku memiliki terlalu banyak mimpi dan ambisi yang tidak satupun aku berusaha untuk meraihnya. Betapa naifnya diriku!
Mungkin aku harus melakukannya saja. "Just do it!" Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Toh, rezeki kita sudah diatur, tidak usah takut kekurangan. Semoga aku bisa meraih cita-citaku menjadi komikus pro di seluruh dunia dan membangun negeri ini menjadi lebih baik. Amiin....