Iklan

Senin, 18 Februari 2013

Seminar "Road to Entrepreneur"

Hai! Tanggal 26 Januari kemarin aku ikut seminar yang berjudul 'Road to Entrepreneur' yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa SBM ITB. Tempatnya di Giant Pasteur. Pagi-pagi aku sudah mandi dan jam setengah sembilan pagi aku sudah berangkat. Aku sedikit mutar di jalan buah batu, takut kena tilang karena STNK ku sudah habis. Walaupun begitu, dan berusaha mencari tempatnya dengan bertanya-tanya ke orang sana dan sini, akhirnya nyampe juga jam sembilan tepat! Jam sembilan lewat sepuluh gitu aku sampai ke meja registrasi. Panitianya keliatan sangat siap dengan acara seminar ini. Beda sama seminar yang dulu pernah aku adakan sam unit-ku. Tapi, yasudahlah...namanya juga masih pertama kali waktu itu ditambah lagi emang sumber daya nya yang sedikit waktu itu. Oke, lanjut ke topik. Aku nuker bukti transfer-ku dengan tiket dan kupon yang katanya jangan sampai hilang karena kalau mau ngambil sertifikat pake kupon itu. Oke, langsung aku kantongin dua-duanya. Lalu aku masuk ke dalam. Aku duduk di barisan tengah, tapi mengambil posisi yang paling pinggir biar kalau mau ke belakang gampang. Lihat-lihat sekitar, dari seluruh jumlah kursi yang disediakan, yang terisi baru 20%. Ternyata eh ternyata, aku lihat Hall of Fame-nya yang dipasang persis di depan, jam mulainya itu tertulis jam sepuluh. "Sial, aku kena", pikirku. Harusnya aku tahu kalau seminar gini nih biasanya suka dicepetin di tiketnya. Bosen, aku clingak-clinguk gak jelas dan satu-satunya hal yang bisa menarik perhatian aku cuma in-focus yang dipasangi video pembukaan acara seminar ini. Selama nunggu satu jam aku udah liat 4 kali ini tayangan. Setiap 15 menit mereka puter sekali. Aku sampai hampir hapal sama sponsor-sponsor nya.

Akhirnya! Setelah sejam nungguin, MC mulai ngomong di mic-nya. Hatiku sudah mulai agak senang. Begitu aku lihat sekeliling, bangku yang tadi masih kosong hampir terisi semua. Dan tebak berapa jumlah pesertanya, 800 orang. Fantastis.haha.  MC nya ada dua. Cewek dan cowok. Oke, mereka gak jelek, tapi kurang kompak. Terutama si MC cowok-nya, dia keliatan kaku dan agak kurang pas timing ngomongnya. Kalo MC ceweknya sudah mantap. Kemudian ada sambutan dari dosen. Lalu dipanggil moderator-nya, siapa dia? Dia adalah Adenita. Adenita adalah penulis novel 9 matahari yang mendapat beberapa penghargaan. Setelah Adenita dipanggil naik ke atas panggung, lantas pembicara pertama juga ikut dipanggil ke atas. Yaitu 'Cak Eko' yang punya bisnis 'Bakso Malang Cak Eko'. Sejarah perjuangan bisnis nya emang gak gampang. Ia gagal sepuluh kali dulu untuk berhasil sekali. Mulai dari usaha jualan hape, busana, dan lain-lain. Sebelum ia memutuskan untuk menjadi entrepreneur ia dulunya jadi kontraktor bangunan. Sejarah perjuangannya itu ditampilkan melalui sebuah video yang ditampilkan melalui proyektor. Di film pendek itu diceritakan bagaimana ia merantau ke Jakarta dan disana ia mulai menjalani usahanya. Mulai dari bisnis handphone, busana, dan lain-lain. Kemudian ia sampai di bandara dan melihat restoran bakso yang ada disana. Ia lalu berpikir, kok bisa usaha jualan bakso bisa menyewa tempat di bandara yang harganya sangat mahal itu. Lalu ia masuk ke dalam, bertanya-tanya mengenai harga sewa di bandara tersebut kepada karyawannya. Katanya jumlahnya pertahun itu 300 juta rupiah. Luar biasa. Harga sewa tempat yang sangat mahal. Itu belum termasuk gaji karyawan. Berarti untung yang didapatkan sangat besar. Dari situlah ia berpikir bahwa bisnis bakso ini adalah bisnis yang menjanjikan. Semenjak itu ia mulai usaha catering bakso. Awalnya banyak yang bilang bakso dia gak enak. Tapi dia gak nyerah dan terus berusaha membuat bakso yang enak. Sampai ia berhasil. Dan kemudian ia bikin cabang sampai ratusan! Lanjut ke materi, salah satu materi yang ia berikan pada peserta seminar waktu itu adalah 'beda antara pedagang dengan entrepreneur. Ia menjelaskan bahwa pedagang adalah seseorang yang berjualan hanya sekedar untuk menafkahi dirinya sendiri (dan keluarganya). Sedangkan seorang Entrepreneur adalah seseorang yang berpikir bagaimana caranya agar dia bisa menafkahi dirinya, keluarganya, dan orang lain. Ia memberikan perumpamaan, apabila kita punya karyawan, maka kita juga akan ikut memikirkan kesejahteraan karyawan kita. Dan itu akan berdampak positif terhadap motivasi kita. Kita jadi merasa bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain, dan hal itu membuat kita otomatis menjadi lebih rajin lagi bekerja. Seorang Entrepreneur juga memikirkan bagaimana caranya untuk selalu mengembangkan usaha yang dimilikinya. Ia membuat percontohan bagi kami, peserta seminar waktu itu. Ia bilang bahwa ia suka sekali dengan sebuah warung yang masakannya enak dan memang laris di dekat rumahnya. Namun, setahun kemudian, warung itu tidak ada perubahan, tetap seperti dulu, yang beda hanya warna cat-nya saja. Maksudnya, bisnisnya hanya begitu-begitu saja. Seorang entrepreneur harus sebaliknya. berpikir bagaimana caranya agar bisnisnya semakin berkembang.

Hal kedua yang ia bagikan kepada para peserta adalah teknik promosi yang murah (atau malah gratis). Jadi, ia cerita bahwa dulu ia suka sekali pergi ke toko buku untuk cari majalah. Bukan...bukan buat dibeli, tapi untuk dicatet alamat email redaksi majalah-majalah tersebut. Ia kirim email yang sama ke 20 redaksi yang kurang lebih isinya seperti ini: "Yth. Redaksi Majalah X, saya adalah Cak Eko,pemilik Bakso Malang Cak Eko yang pernah 10 kali gagal dalam usaha, dan kemudian baru berhasil di usaha saya yang ke-11. Mohon cerita saya diliput. Karena saya adalah pembaca setia majalah Anda". Email ini maksudnya minta diliput secara gratis. Kata Cak Eko, kata-kata pamungkas nya ada di kalimat terakhir, yakni "karena saya adalah pembaca setia majalah Anda". "Padahal saya cuma baca gratis di toko buku, bukan langganan", tambah Cak Eko waktu itu. Yah, biasalah permainan kata-kata hehehe.

Pada saat di media sedang heboh-hebohnya 'bakso tikus' Cak Eko bilang ia sudah mengantisipasinya terlebih dahulu. Ia mengatakan ia sudah punya sertifikat halal dan sebagainya. Jadi, sebagai seorang entrepreneur kita harus jeli melihat ancaman lalu segera mengantisipasinya sebelum hal itu terjadi.

Dari kursi peserta lalu ada yang bertanya bagaimana Cak Eko bisa gigih dalam menjalankan usahanya tersebut meski sudah berkali-kali gagal. Ia memberi pesan agar kita selalu menjaga impian kita. Agar kita juga mencari teman curhat yang bisa memotivasi kita. Kita harus memilih teman yang pas untuk diajak curhat. Karena beberapa orang ketika diajak curhat mengenai impian malah justru akan memberikan saran untuk berhenti berusaha. Dan hal itu akan justru membuat semangat kita turun. Ia juga menambahkan bahwa ia suka ikut komunitas. Mungkin dari situ juga ia dapat semangat ya?

Cak Eko berpesan bahwa bisnis itu bisa dimulai dengan modal kecil. Jika punya modal yang kecil, yasudah mulai aja bisnis yang modalnya kecil. Tidak perlu menunggu modalnya besar.

Cak Eko bilang kita itu punya tiga jenis teman. Yang pertama itu teman main. Teman seperti ini belum tentu bisa diajak untuk berbisnis. Yang kedua adalah teman hidup alias pasangan. Pasangan hidup juga belum tentu cocok untuk diajak berbisnis. Lalu yang ketiga adalah teman bisnis. Nah, untuk mencari teman bisnis ini ia memberikan satu tips khusus. Tips yang bisa membuat kita bisa menilai apakah orang yang kita ajak untuk menjadi rekan bisnis kita itu bisa dipercaya atau tidak. Jadi, langakah pertama, ajak si doi untuk makan. Setelah selesai membuka obrolan tentang bisnis yang mau dijalani, dan ketika sudah tiba giliran untuk membayar, jangan biarkan si doi membayar duluan. Usahakan kita yang terlebih dahulu memesan bill-nya. Lalu, lihatlah responnya. Apakah si doi pura-pura ke WC (yang berarti bukan rekan yang cocok), ataukah ia akan menyambar untuk membayar bill-nya. Jika iya, maka ia bisa dibilang cocok. Tapi, sebelum memutuskan cocok atau tidak, lihatlah raut mukanya ketika membayar. Jika ikhlas berarti cocok sudah. Lalu, di kesempatan lain ajaklah ia makan lagi. Kali ini, kita yang harus membayar. Karena bisa jadi si doi ternyata juga mengetes kita. Jika ia masih menyambar lagi untuk membayar bill-nya, maka ia adalah orang yang tepat sebagai rekan bisnis Anda.

Kemudian, tibalah waktunya bagi pembicara kedua, yakni mbak Paramita Indah. Beliau adalah ketua HIMPI Bandung serta seorang technopreneur. Beliau bersama timnya berhasil membuat sebuah produk di bidang teknologi yang membuat energi alias listrik dari arus laut dengan menggunakan turbin. Ceritanya, beliau dan anggota-anggota tim nya itu dalam membuat proyek tersebut harus bekerja dalam team work alias kerja sama tim. Kenapa harus begitu? Jawabnya adalah karena untuk membuat produk tersebut, orang yang membuat turbin itu punya jurusan yang berbeda dengan orang yang menghitung hitung-hitungan energi dari arus laut nya. Jadi, untuk membuat produk yang mereka buat itu mereka harus mencari ahli-ahli di bidangnya masing-masing, dengan kata lain berbeda dengan pembicara yang sebelumnya, mereka tidak bisa membuat produk mereka jika tidak bekerja sama dengan orang lain. Di sini kita ambil saja pelajarannya bahwa networking itu sangat penting dan bahwa kita bisa membuat suatu produk yang berinovasi dengan menggabungkan berbagai macam ilmu ke dalamnya.
Ketika tiba sesi tanya jawab, dari pihak peserta ada yang bertanya, "Mbak, saya juga buat suatu produk bersama dengan teman-teman saya, tapi kami terkendala dengan masalah dana. Kalau mbak dulunya bagaimana dalam mengatasi hal tersebut? Karena pasti produknya mbak juga butuh banyak dana kan?"
Kurang lebih seperti itulah pertanyaannya waktu itu. Jawabannya mbak Mita waktu itu, dia berkata bahwa mereka mengajukan semacam proposal. Saya tidak ingat ke siapa, tapi begitulah intinya.

Lalu, kemudian adalah saat bagi Bapak Dahlan Iskan sebagai pembicara. Beliau membawakan materinya dengan santai dan kocak, menurut saya. Saya tidak akan menuliskan serinci mungkin tentang apa-apa yang terjadi pada saat beliau berbicara karena pertama, saya menulis ini hampir sebulan setelah acara ini berlangsung sehingga saya sudah lupa-lupa ingat tentang kejadian-kejadian pada waktu itu, dan yang kedua karena memang terlalu banyak hal-hal yang terjadi pada saat itu. Jadi, saya hanya akan menuliskan beberapa poin-poin atau rangkuman dari apa yang pernah beliau sampaikan.

Yang perrtama, beliau mengatakan, bahwa usia prima adalah pada saat usia kita menginjak usia 30-an. Yang kedua, beliau tidak mengatakan hal ini dengan satu kalimat persis seperti yagn akan saya tuliskan, tapi intinya kurang lebih seperti ini: 'Bahwa awal-awal jadi pengusaha itu harus latihan menahan emosi'. Saya juga sudah lupa apa sebabnya mengapa harus begitu. Yang ketiga, pada waktu itu beliau menyampaikan bahwa seorang pengusaha itu akan bijak karena pengalamannya pada kegagalan. Yang keempat, beliau menjelaskan bahwa jika di dalam suatu perusahaan peranan seorang pemimpinnya itu hanya tinggal 30% nya saja maka budaya dari perusahaan itu telah tercipta. Namun apabila peranannya masih 50% keatas, maka biasanya budayanya masih sesuai karakter pemimpin tersebut. Pada waktu itu beliau memberikan suatu perumpaan. "Apabila saya punya anak buah, maka anak buah saya minimal harus seperti saya", kata beliau begitu pada waktu itu. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya adalah karena semakin besarnya lingkup karyawan yang ada, maka interaksi antara pemimpin dengan karyawan akan semakin berkurang terutama dengan karyawan tingkat bawah. Beliau memberikan satu lagi perumpamaan, bahwa beliau hanya akan mengurusi 50 orang di sebelah kanan dan 50 orang di sebelah kirinya. Beliau tidak ingin mengurusi 50 ke atas orang di sebelah kanan dan kirinya karena mereka itu sudah terlalu jauh dari beliau sendiri. Itu adalah sebuah perumpamaan. Makanya, pikir saya ada bos dari bos, dan ada karyawan dari karyawan. Di perusahaan-perusahaan biasanya ada orang-orang yang menjabat sebagai apa, dan mereka membawahi beberapa karyawan. Saya pikir itu adalah supaya visi dari pemimpin tertinggi bisa tersampaikan sampai ke karyawan yang tingkat paling bawah sekalipun. Itulah fungsinya pikir saya. Yang kelima,  lalu, kemudian ketika sesi tanya jawab ada seorang bapak-bapak yang maju ke depan panggung berdiri di samping bapak Dahlan Iskan bermaksud mengajukan sebuah pertanyaan, tapi kesempatan itu malah digunakan untuk memuji-muji pak Dahlan dan curhat colongan. Yah, begitulah. Bapak tersebut bercerita bahwa ia punya sebuah usaha dan ia ingin agar anaknya yang sudah dewasa ini menggantikan posisi dia sebagai pemiliknya dan menggantikannya mengurusi tokonya tersebut. Namun, sayang sekali anaknya itu tidak ingin menggantikannya mengurusi tokonya tersebut. Hal ini membuat si bapak tadi ingin mendapatkan saran darinya. Bapak Dahlan hanya memberikan petuah bahwa sebaiknya seharusnya bapak yang tadi mempercayakan dan menyerahkan usahanya kepada anaknya dengan lebih cepat. Jangan menunggu hingga kita telah tua. Beliau memberikan contoh dengan dirinya sendiri. Ketika beliau menjabat sebagai Dirut PLN, lalu beliau jatuh sakit sehingga tidak bisa mengurusnya, beliau menyerahkannya pada anaknya. Dan hasilnya pun baik. Yang keenam, 'diferensiasi'. Yang ketujuh, 'Jadi pemimpin itu otomatis di tempat yang kita sukai'. Yang kedelapan,  'konsumen ingin mengenal sang produk'. Yang kesembilan,  'sakit hati itu penting'. Untuk hal yang terakhir, sakit hati itu memang penting karena hal itu akan memacu kita untuk lebih semangat berusaha.

Begitulah ringkasan tidak jelas ketika Pak Dahlan Iskan naik sebagai pembicara. Maaf, karena sang penulis sudah banyak lupa.

Kini, tibalah saatnya bagi sang pembicara terakhir untuk naik. Beliau adalah Bapak Bong Candra. Bapak Bong memiliki beberapa cabang bisnis, diantaranya yaitu bisnis properti, dan cafe. Dalam bisnis properti beliau jeli melihat situasi atau moment untuk melakukan transaksi. Beliau cerita bahwa beliau membeli properti itu biasanya pada saat-saat lebaran. Kenapa? Karena biasanya orang pada waktu dekat lebaran butuh banyak yang secepatnya, jadi lebih mudah di-negosiasi. Hal yang kedua beliau menyampaikan agar kita melihat apa yang orang lain tidak lihat atau tidak mau lihat. Waktu itu beliau mencontohkan, beliau melihat sebuah lokasi yang ada sungai alias kali yang bisa berpotensi sebagai perumahan. Tapi, siapa yang mau membeli sebuah rumah yang dekat dengan kali? Jadi, untuk mengakali hal tersebut beliau membuat sebuah iklan yang kurang lebih seperti ini bunyinya, "Dapatkan sebuah rumah dengan bonus riverside walk". Kata riverside walk terdengar keren di telinga sehingga orang bisa tertarik. Padahal, kata beliau, artinya ya sama-sama di pinggir kali.

Poin selanjutnya dari penyampaian beliau adalah supaya kita dapat memberikan surprise atau nilai tambah bagi konsumen. Kemudian beliau juga mengatakan bahwa 'hal yang mudah tidak ada imbalannya, tapi hal hyang sulit ada imbalannya'. Hal ini memang masuk akal dan memberikan suntikan semangat. Lalu beliau bercerita sesuatu tentang 'berikan sentuhan emosional'. Saya lupa penjelasannya karena sudah lupa.

Comfort zone? Get out!

Mata uang kita itu waktu. Quote ini keren. Dalam 24 jam dalam sehari, berapa uang yang  bisa kita hasilkan? Jika kita dapat membuat uang misalkan 50 juta dalam sebulan dan sebenarnya kita dapat membuat lebih dari 50 juta, katakanlah 150 juta, tapi kita tidak punya waktu, maka sebaiknya kita limpahkan 50 juta yang pertama kepada orang lain dengan sejumlah imbalan dan kita urusi yang sisanya, yaitu 100 juta, sehingga kita dalam sebulan bisa dapat lebih dari 50 juta.

Sebelum beliau mengakhiri sesi pembicaraannya, beliau memberikan satu quote terakhir. 'Mengerjakan apa yang kita adalah berkah, mengerjakan hal yang tidak kita sukai dan bagus adalah profesionalitas'.

Demikianlah catatan saya untuk workshop kali ini. Mohon maaf apabila tulisannya jelek dan teralalu simple dan tidak jelas. Ini memang salah saya juga karena tidak menulisnya dengan lebih cepat sehingga saya mungkin tidak sempat lupa dengan materi yang disampaikan.

Akhir kata, terimakasih karena sudah membaca postingan ini. Keep ROCK!!! (?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar