Iklan

Senin, 18 Februari 2013

~In Bali Everyday Is Holiday~ part 2

Apakah hal menarik yang dibawa oleh mas Angga??? Yaitu, game 'werewolf'!!! Bagi kalian yang tidak tahu akan saya jelaskan.

Jadi, game werewolf adalah sebuah permainan dimana para pemain akan menebak siapakah sang werewolf diantara mereka.
Cara permainan ini mirip seperti permainan hantu di kartu bridge.
Bedanya, di permainan ini ada beberapa role yang dimainkan. Ada warga, cenayang, dokter, hunter, dan werewolf. Dan masing-masing pemain hanya mengetahui role play nya masing-masing saja. Sedangkan untuk role nya orang lain masing-masing orang hanya menebak-nebak saja. Daripada bingung, mending langsung saya praktekkan bagaimana cara permainan ini berjalan saja...

Play:
-Sang narator: "Suatu malam yang dingin semua warga tertidur." [semua pemain menutup matanya]
 "Karena lapar, para werewolf terbangun untuk mengincar mangsanya." [para werewolf membuka matanya untuk mengetahui teman-temannya]
 "Werewolf tertidur dan cenayang terbangun." [para werewolf kembali menutup mata dan kini giliran sang cenayang membuka matanya]
 "Cenayang meramal" [cenayang berhak menunjuk salah satu pemain yang lain kepada narator untuk ditanyakan statusnya apakah ia seorang werewolf atau bukan, lalu sang narator akan menjawabnya dengan kode tertentu, jempol ke atas jika iya, dan jempol ke bawah jika tidak]
"Cenayang kembali tertidur dan para werewolf terbangun untuk memburu mangsanya." [Mereka menunjuk satu orang sebagai target yang akan terbunuh di keesokan harinya]
"Para werewolf kembali tertidur dan kemudian karena di tengah malam dokternya lapar mau masak indomie dia akhirnya bangun." [para werewolf tertidur dan dokternya terbangun untuk diberitahu siapa yang terbunuh di keesokan hari. Tapi, sang dokter memiliki sebuah kemampuan untuk menyembuhkan sang korban. Tapi, itu bebas tergantung oleh si dokter apakah ia ingin menyembuhkannya atau tidak. Jika iya, maka di keesokan harinya apabila yang tertuduh itu bukan werewolf, maka di malam berikutnya ia tidak dapat menyembuhkan lagi, tapi jika ternyata benar werewolf ia kembali mendapatkan kekuatan untuk menyembuhkan]
"Dokter tertidur. Mentari telah terbangun dari selimutnya dan semua warga pun kembali bangun" [semua pemain membuka mata]
"Silahkan sesi tuduh menuduh" [semuanya mulai saling tuduh menuduh dengan berbagai macam argumen yang keren sampai yang tidak nyambung sekalipun]

Yah...kurang lebih seperti itulah permainannya. Rumit jika belum dipraktekkan sendiri tapi seru jika dimainkan. Walhasil, permainan ini sukses bertahan hingga malam-malam di kereta Kahuripan tersebut.

Sesampainya di stasiun di daerah Jawa Tengah, saya lupa di kota mana, kami semua turun untuk berfoto dengan Pak Masykur:


Di Jogja kita berhenti untuk berganti kereta.




Gilak tiketnya banyak banget, bisa dijadiin tisu toilet tuh!

Sebelum kita naik kereta berikutnya yaitu kereta Sri Tanjung, kita mengisi perut dulu.


Di sini ada kesan tersendiri buatku. Kita keluar dari stasiun dan berjalan sedikit keluar jalan untuk mencari warung. Banyak orang yang menawari untuk singgah di warung mereka. Posisi warung-warung tersebut berada di seberang jalan, jadi kita harus menyeberangnya...lalu

WUUUUNG!!!

Aku terdiam.

Waktu aku nyeberang dan memang salahku juga nggak tengok kanan kiri, ada sepeda motor yang melaju persis di depanku, mungkin kalau aku melangkah sekali lagi saja aku sudah tertabrak. Yasudahlah, berarti lain kali aku harus lebih berhati-hati. Ternyata orang Jogja pada ngebut-ngebut orangnya ya...atau mungkin hanya orang itu saja. Lalu Rusdi bercerita padaku, waktu dia dulu KP (Kerja Praktek) di Sintang, Kalimantan Barat, tempatnya Erando, dia pernah mau nyeberang dan berusaha menahan laju mobil, ehh malah dianya yang di klakson. Balik ke cerita... Jadi, singkat cerita kita telah menemukan warung kita untuk mengisi perut. Tanpa menggosok gigi lebih dulu aku langsung saja makan.




Di sore atau siang harinya Tito masuk ke dalam kereta. Ia dari Surabaya. Singkat cerita kita akhirnya sampai juga di stasiun kota Banyuwangi pada malam hari sekitar pukul 20.00 WITA. Keluar dari stasiun kita foto-foto. Ini fotonya:



Lalu kita keluar daerah stasiun untuk mencari makan. Jalan untuk menuju jalan raya itu suasananya seperti di wonosalam, kata seseorang diantara rombongan kami. Warung yang ada tepat setelah keluar dari jalan tersebut, langsung menjadi pilihan para rombongan yang sudah lapar ini. Ada yang pesan nasi campur, rawon, teh manis, es jeruk. Setelah selesai makan malam kita menaiki sebuah bus yang akan langsung mengantar kami hingga sampai ke terminal di pulau Bali. Ketika sampai di pelabuhan, kita melihat sebuah spot yang bagus untuk berfoto, namun karena bus terus berjalan, kita tak dapat melakukannya. "Yah, nanti aja pas pulang", kata kami. Bus naik ke kapal dan parkir di dalam semacam garasi kapal tersebut. Lalu kita semua keluar dari bus dengan meninggalkan tas-tas kami di dalam garasi bus. Kita naik ke lantai dua dimana tempat-tempat duduk untuk penumpang ada. Kita mengambil kursi-kursi di sebelah kiri kapal untuk dapat melihat pemandangan laut di luar. Dari sebelah kiri kapal terdapat banyak lampu-lampu yang kecil-kecil, seolah-olah itulah destinasi kami. Hal itu membuat hatiku semakin tidak sabar untuk sampai kesana.

Karena haus, aku membeli sprite di dalam kapal seharga Rp 12.000,00 dan semuanya mengatakan saya orang kaya. Saya tidak peduli karena saya sudah sangat haus. Di bagian tengah tempat duduk ada seorang bule cewek yang pakaiannya sangat backpacker sekali. Keren...pikirku. Ia lalu mengobrol dengan seorang bapak-bapak dan sepertinya ia jadi percaya dengan bapak itu. Aku, Ocan, dan Rizky hanya berdiri di pinggir kapal dan melihat air laut yang terbelah oleh kapal yang bergerak maju ke lampu-lampu tersebut. Tidak lama kemudian, kapal berpindah haluan. Kita bertiga jadi bingung yang manakah sumber cahaya yang merupakan "Bali" itu? Dan hal itu semakin membuat perjalanan menjadi seru. Bosan memandangi kegelapan lautan di malam hari yang tanpa bintang dan disertai gerimis hujan yang lembut itu, kami bertiga kembali duduk ke tempat duduk kami semula dan mulai bercanda-canda dengan tiga wanita di belakang kami, yaitu Memed, Ufia, dan Syarah. Sementara kami masih enerjik, pria-pria kesepian di belakang sudah mulai mengambil posisi untuk menuju "Dreamland". Hanya tinggal aku, Abu, Rizki, Ocan, dan Idam yang masih terbangun. Idam bahkan mengambil sebuah foto tentang kami ketika kami sedang bercanda:



Akhirnya sampailah kami di pelabuhan yang berada di pulau Bali. Dan kami kembali masuk ke dalam bus. Dari sana, bus bergerak keluar dari kapal untuk menuju suatu tempat dimana kami semua akan diperiksa KTP-nya. Kernetnya bilang ke semua penumpang bus, barang siapa yang tidak membawa KTP harap mempersiapkan dua puluh ribu rupiah. Aku bertanya padanya bagaimana jika yang ditunjukkan kartu tanda mahasiswa? Karena Ocan yang waktu itu tidak membawa KTP. Tapi, dia juga tidak mempersiapkan uang tersebut. Walhasil, kita semua lolos pemeriksaan sementara ia tertinggal di belakang. Aku sempat khawatir dan bertanya ke kernet tadi dimana si Ocan mungkin berada. Aku dan kernet tersebut langsung buru-buru ke tempat pemeriksaan untuk mengecek dimana Ocan berada. Memang bikin repot ini orang... Tapi, alhamdulillah tidak ada masalah. Semuanya bisa diselesaikan dengan uang 'damai'. Dari situ kita semua kembali naik bus untuk menuju terminal di daerah Badung, Bali. Akui kira perjalanannya hanya membutuhkan sedikit waktu, namun ternyata lama juga. Bahkan di tengah jalan aku pun tertidur lelap. Tapi, ada beberapa orang yang sepertinya tidak tidur atau tidak bisa tidur karena bus yang kami tumpangi melaju dengan ugal-ugalan, istilahnya. Singkat cerita kami sampai di terminal Badung pada pukul 03.00 WITA. Pertama kali aku membacanya terminal Bandung dan sempat heran, tapi ternyata tulisannya Badung. Dan yang begitu bukan hanya aku, tapi ada beberapa teman yang juga sama sepertiku. Dan dari sinilah pertualangan kami dimulai...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar