Kau habiskan hidupmu untuk apa?
Mungkin kalian punya jawaban masing-masing.
Dengar, selama kita hidup, kita diajarkan bagaimana caranya menjalani hidup ini.
Dari kecil kita disuruh sekolah supaya bisa dapat pekerjaan ketika dewasa.
Dengan polosnya kita ikuti apa yang mereka katakan.
Oh,
apa yang baru saja kutulis? Kenapa malah membicarakan sekolah? Dengar,
di perjalanan hidup kita lewati banyak hal yang meninggalkan kesannya
masing-masing...kita punya kekuatan untuk memilih...memilih apa yang
akan kita lakukan.
Perumpamaan kontradiktifnya adalah sekolah. Mungkin itulah sebabnya aku tadi berbicara tentang sekolah.
Kontradiktif
bagaimana? Akuilah, kalau dari kecil kita semua disuruh untuk sekolah
tanpa tahu benar apa manfaatnya belajar membaca dan menulis. Dengan
polosnya mengikuti keinginan orang lain.
Sekarang, ketika kau sudah tumbuh dewasa, tidak ada yang bisa mengaturmu lagi.
Kau bertanggung jawab penuh atas hidupmu sendiri, bukan orang lain. Jadi,
apapun yang akan kau alami dan siapapun yang akan menjadi dirimu nantinya adalah konsekuensi dari perbuatanmu sekarang.
Bila kau malas, tanggung sendiri takdirmu nantinya.
Bila kau berdiri untuk sesuatu sekarang, mungkin kau tidak akan menyesalinya di kemudian hari.
Jadi,
untuk surga atau neraka; untuk kaya atau miskin; untuk berhasil atau
gagal; untuk bahagia atau sedih; untuk keramaian atau kesendirian; untuk
cinta atau patah hati...semuanya pilihanmu sendiri.
Aku tak
begitu mengerti tentang peraturan Tuhan jika kita memang sudah diberi
jalan masing-masing untuk setiap aspek kehidupan kita.
Setiap
dalil bercerita tentang konsekuensi-konsekuensi atas setiap perbuatan
kita. Bahkan memberi kita arahan tentang apa yang seharusnya
kita lakukan dan apa yang tidak seharusnya kita lakukan.
'Bila kita berdoa, maka kita akan bisa mengubah qodar kita', tapi 'Kita berdoa untuk meminta qodar itu sendiri telah di-qodar'.
...
Kalau dipikir-pikir lagi, kita memang tidak punya pilihan. Pilihan yang kita buat sendiri sudah merupakan ketentuan.
Dan
berpikir lagi bahwa aku mendapatkan hidayah ini...dari sekian banyaknya
manusia di bumi ini, mengapa aku harus mendapatkan hidayah ini? Kenapa?
Kenapa Tuhan mempercayakan dan memberiku kesempatan untuk bisa masuk ke
dalam surganya?
Dengan memikirkan hal itu, sudah cukup untuk membuatku bersyukur dengan sangat. Tapi,
entah kenapa aku merasa ada yang kurang padaku.
Tuhan...bila Kau sudah mengatur semuanya, tidakkah Kau merasa bahwa dunia ini tidak adil?
Apakah tidak kasihan orang-orang yang akan masuk ke dalam neraka untuk selamanya?
SELAMANYA...
Dan
ketika itu ayat Mu berkata, "dan sesungguhnya apabila mereka
dikembalikan lagi ke dunia maka niscaya mereka akan kufur kembali".
TAPI, bukankah yang membuat mereka kufur itu Engkau ya Tuhan? Jadi,
kenapa?
Begitulah yang kupikirkan. Jadi, lagi-lagi
dengan perumpamaan 'SEKOLAH' kita menghabiskan waktu hidup kita untuk
beribadah menurut agama yang kita percayai masing-masing. Kita dengan
poosnya mengikuti apa yang mereka katakan, apa yang mereka bilang kita
sebaiknya lakukan dan tidak lakukan. Kau mau bilang aku ateis? Tidak.
Aku bukan ateis bukan juga orang yang setengah percaya setengah tidak.
Aku percaya Tuhan ada. Kalau aku ateis berarti aku juga mengikuti apa
yang orang-orang ateis katakan. Dan itu berarti aku tidak melakukan
perubahan apapun.
Dengar, penjelasan bertele-tele
diatas memang sepertinya tidak ada hubungannya dengan judul yang kubuat
tapi cobalah berpikir, berpikir tentang apa yang ingin kau habiskan
dalam hidupmu.
Kau bisa habiskan untuk menjadi seorang muslim yang
taat, atau mungkin menjadi ateis yang bebas, menjadi sosialis, menjadi
seorang kapitalis, menjadi tentara yang berperang di medan perang,
menjadi penulis yang mengispirasi orang dengan cerita, menjadi penyanyi,
menjadi guru, menjadi apapun yang kau inginkan. Ingat...selalu ada
pilihan. Dan pilihan itu tidak akan memilih dirinya sendiri.
Kalau aku sih, tidak ingin lagi menghabiskan sisa waktu hidupku di dunia maya (baca: social media)
seperti Twitter, Facebook... Aku sudah menghabiskan begitu banyak
waktu, berjam-jam di depan laptop hanya untuk mencari kerjaan selagi
nganggur. Hanya untuk mencari informasi tentang apa yang sedang terjadi
di luar sana, yang notra bene tidak berpengaruh apa-apa terhadap
kehidupanku pribadi.
Dengar, daripada aku terus menghabiskan waktu
di depan laptop dan tidak mendapatkan apa-apa, sebaiknya aku berbuat
sesuatu yang lain...sesuatu yang lebih berguna, sesuatu yang akan
menambah nilai diriku mungkin di beberapa tahun kemudian. Kalau untuk
pribadiku sendiri, itu adalah dunia seni rupa dan storytelling.
Alasannya, karena selama bertahun-tahun hanya itulah yang kupikirkan.
Yang selama ini aku impikan aku dapat lakukan...menjadi master di bidang
tersebut. Mungkin beda dengan gairah kamu.
Jadi, setelah membaca
post ini, pikirkanlah lagi...apa kau ingin kembali ke Twitter atau
Facebook mu, atau kau ingin menciptakan sesuatu, apakah kau ingin
mengubah dunia? Berguna bagi dunia? Daripada hanya menghabiskan energi
bumi untuk makan dan untuk menjagamu tetap hidup...
Itu pilihan kamu. Jadi, pilihlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar