Iklan

Senin, 18 Februari 2013

~In Bali Everyday Is Holiday~ part 4

Yap, kita sampai di pantai Sanur. Berikut adalah foto-fotonya:





Waktu kami jalan-jalan menyusuri pantai, ada seorang bule yang senyum-senyum ke arah kami lalu berkata "Hai'!"

DIKIRA KITE ORANG JEPANG APA??!

Mungkin gara-gara mata-mata kami semua jadi sipit karena teriknya matahari kali ya. Yah, apapun alasannya, hal itu menjadi hal yang tidak terlupakan.



Di warung ini ibu pemiliknya galak, jadi males deh duduk disitu. Biarin dehhh...

Sewaktu kita lagi bersantai di meja ini, Ocan, Ade, Ryan, dan Tito malah pergi ke tempat yang agak jauh. Kata mereka, mereka ketemu orang Jepang di jalan. Penasaran, aku pun kepo melihat foto cewek itu.


Cewek di sebelah kiri foto diatas adalah cewek yang kita maksud.

Akhirnya setelah puas menikmati kami pun kembali lagi ke mobil. Setelah menghitung-hitung jumlah penumpang, eh ternyata ada satu orang yang hilang. Siapakah dia? Siapa lagi kalau bukan Abu. Dan usut diusut ternyata dia sempat menghilang ketika kami masih ngumpul di meja tadi. Dan katanya dia keasikan menikmati pantai Sanur bersama bule-bule itu. Dengan cool-nya ia berjalan. Walaupun tahu bahwa dia sudah ditunggu oleh kita semua. Hal itu membuatku sedikit kesal padanya.



Lanjut dari pantai Sanur kami ke 'Dreamland'. Itu adalah sebutan dari para turis-turis untuk pantai yang ada di resort di sana. Silakan lihat-lihat dokumentasinya:









Di sana sempat hujan jadi kami malah berteduh di dalam.


Tapi, karena sayang sudah jauh-jauh kesana tapi tidak ngapa-ngapain, akhirnya yasudahlah kita toh mau mandi di laut juga jadi ga apa-apa juga kalau mau basah-basahan di hujan kan? hehe








Setelah puas berenang dan berselancar dengan gaya dada (?) ditambah dengan air sungai yang meluap ke laut sehingga membuat air lautnya menghilang, membuat kami semua mengakhiri masa senang-senang di pantai ini. Karena badan kami semua penuh dengan air garam, kami pun bebilas dan masuk kamar mandi laki-laki untuk mandi.

TAPI, DI SANA KAMI MENGALAMI SUATU HAL YANG MENGERIKANNN!!!

Kau ingat "Nudist" di part 1? Ya, kami telah melihatnya.

Orang-orang cina atau korea itu, dengan menjijikannya bertelanjang bulat di depan kami dan tanpa ekspresi apapun melakukan berbagai aktivitas membersihkan diri dengan tetap seperti itu.

Nudist trip kami tidak seperti yang dibayangkan...! Mengapa harus yang berjenis kelamin laki-laki yang kami lihat!!

Oh...aku sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan ini... Jari-jari ku semakin merasa nista.

Oke skip saja. Selesai dari sana kita ke masjid dulu untuk sholat. Lalu kita pulang ke rumah Ipeh lagi sore harinya. Kita beristirahat dulu beberapa jam dan mengobrol dengan ayahnya Ipeh tentang banyak hal.

~In Bali Everyday Is Holiday~ part 3

Yeah...menginjakkan kaki di terminal Badung menjadi suatu moment  yang takkan terlupakan untukku. Lebay. Tapi kenapa bisa begitu? Jawabannya karena akan ada hal yang takkan terlupakan yang terjadi disini. Apa itu? Ikuti saja tulisan ini ------------------------------------------------------------------------------------>
<---------------------------------------------------------------------
Apa? Kau belum tahu apa sebabnya? Kok bisa? Oooh...belum diceritain ya? *digampar pake' Hadits Muslim*

Waktu itu subuh-subuh. Dan temperaturnya cukup dingin untuk membuat bulu kudukku berdiri dari dalam jaket arsenal yang ku pakai waktu itu. Kesan pertamaku pada terminal itu, terminal itu besar dan bagus sekali. Tidak heran karena ini Bali bung! Karena kami semua capek kami langsung duduk di bangku-bangku yang ada di sana. Duduknya pun berjauh-jauhan karena kami ingin berbaring di setiap bangku yang kami lihat. Aku pun sebenarnya tidak ingin berbaring tapi badan sudah capek sekali, apa daya hobi ku di PPM pun kulakukan, yakni tidur. Kami tidak ingin merepotkan Ipeh dengan menjemput kami malam-malam, makanya kami memutuskan untuk menghubunginya setelah adzan subuh berkumandang. Walhasil, kami pun menunggu selama dua jam-an di terminal. Karena badan sangat capek kita semua kecuali Abu tidur di bangku-bangku terminal tersebut. Abu, sebagai seorang Senkom di mataku seperti merasa bertanggungjawab dengan statusnya tersebut dan menjaga kami semua di tengah malam tersebut tanpa memejamkan matanya. Aku ingin menemaninya namun apa daya aku hanya dapat menemaninya di alam mimpi.

Ketika Ipeh dan ayahnya telah datang untuk menjemput kami semua, kami langsung bergegas untuk menuju mobilnya Ipeh. Beberapa dari rombongan kami sudah duluan sampai di sana. Sedangkan sebagian besar masih tertinggal di belakang. Tiba-tiba seseorang dengan pakaian SatPam menegur kami dan melarang kami melewat jalan yang ingin kami lalui, dan kami disuruh memutari jalan. Kami ikuti saja perkataan orang itu dan tiba-tiba kami melewati sekumpulan preman terminal. Ya, kami hanya melewati mereka hingga sampai di tempat Ipeh berada. Kami bersalaman dengan ayahnya Ipeh dan sudah siap-siap untuk naik ke dalam mobil sampai tiba-tiba...

Preman-preman itu datang bergerombol dan dengan suara lantang dan logat Bali nya bertanya, "Ini mau kemana ini?!". "Mohon pengertiannya bapak, supaya naik angkot saja, ya", kata seorang diantara mereka kepada ayahnya Ipeh. "Sialan orang-orang ini!", pikirku dalam hati. Tiba-tiba Ocan menitipkan tasnya padaku dan seketika lari dengan sangat kencang ke arah terminal. "Oh, dia mau panggil bantuan rupanya", begitu pikirku. Perbincangan antara ayahnya Ipeh dengan para preman itu pun berlanjut. "Mau jemput keponakan pak", kata ayahnya Ipeh. "Oh, kalau mau jemput tidak boleh lebih dari tiga orang pak", jawab seorang diantara mereka.

ATURAN DARI MANA NGGAK BOLEH LEBIH DARI TIGA ORANGG??!!

Duh, kalau cari alasan yang pinter dikit dong... Lalu, Ocan datang dari arah terminal dengan berlari. "Itu Ocan!", seruku pada yang lainnya. "Akhirnya dia telah memanggil bantuan", pikirku dengan perasaan yang lega. Aku berharap para SatPam bisa mengusir mereka-mereka ini. Sesampainya ia disampingku aku bertanya padanya, "Kamu tadi ngapain?"

"Dompetku ketinggalan", jawabnya

(-__-) "Lah, kamu nggak manggil Satpam?", tanyaku padanya.

"Nggak".

(-_____-) "Aku pikir tadi kamu mau manggil Satpam buat ngusir orang-orang ini"

"Tapi kayaknya Satpamnya juga komplotan mereka deh", katanya. Betul juga sih kata dia pikirku.

"Soalnya, tadi Satpamnya ngarahin kita semua ke arah preman-preman itu", kata Angga. Iya, sepertinya memang betul semua orang disini sudah pren. Singkat cerita kita tidak melawan dan dengan alasan sholat dulu kita ke musholla untuk sholat subuh dan membicarakan strategi berikutnya.

Pilihannya antara lari dan ikut saja dengan mereka. Setelah berdiskusi kita memutuskan untuk ikut saja dengan mereka. Kami pun naik dan angkot sudah mulai jalan. Sedangkan mobilnya Ipeh masih diam. Sepertinya Ipeh dan yang lainnya yang ada di dalam mobil tidak tahu kalau kita sudah di dalam angkot. Perjalanan kita naik angkot itu belum sampai satu kilometer, dan kami sudah minta berhenti. Semuanya turun, termasuk sang sopir yang tinggal sendirian.

"Hajar orang ini sekarang juga rame-rame!", begitu pikirku waktu itu. Begitu kesalnya aku padanya. Badannya juga buncit. Kayaknya nggak bisa ngelawan kalau di keroyok.

Tapi kami mengakhirinya dengan memberinya uang seratus ribu rupiah (-_-)

"Hebat", kata Idam, "Seratus ribu nggak nyampe satu kilometer". Haha

Memang pantas untuk sopir itu ditambah sebuah bogem untuk menemani pemberian seratus ribu kami waktu itu.
Mobilnya Ipeh pun datang dan kami semua naik. Kita dibawa ke masjid daerah di Denpasar. Mandi, lalu berfoto-foto disana:





Dari situ kami menuju rumahnya Ipeh. Lalu pergi ke pantai Sanur.

~In Bali Everyday Is Holiday~ part 2

Apakah hal menarik yang dibawa oleh mas Angga??? Yaitu, game 'werewolf'!!! Bagi kalian yang tidak tahu akan saya jelaskan.

Jadi, game werewolf adalah sebuah permainan dimana para pemain akan menebak siapakah sang werewolf diantara mereka.
Cara permainan ini mirip seperti permainan hantu di kartu bridge.
Bedanya, di permainan ini ada beberapa role yang dimainkan. Ada warga, cenayang, dokter, hunter, dan werewolf. Dan masing-masing pemain hanya mengetahui role play nya masing-masing saja. Sedangkan untuk role nya orang lain masing-masing orang hanya menebak-nebak saja. Daripada bingung, mending langsung saya praktekkan bagaimana cara permainan ini berjalan saja...

Play:
-Sang narator: "Suatu malam yang dingin semua warga tertidur." [semua pemain menutup matanya]
 "Karena lapar, para werewolf terbangun untuk mengincar mangsanya." [para werewolf membuka matanya untuk mengetahui teman-temannya]
 "Werewolf tertidur dan cenayang terbangun." [para werewolf kembali menutup mata dan kini giliran sang cenayang membuka matanya]
 "Cenayang meramal" [cenayang berhak menunjuk salah satu pemain yang lain kepada narator untuk ditanyakan statusnya apakah ia seorang werewolf atau bukan, lalu sang narator akan menjawabnya dengan kode tertentu, jempol ke atas jika iya, dan jempol ke bawah jika tidak]
"Cenayang kembali tertidur dan para werewolf terbangun untuk memburu mangsanya." [Mereka menunjuk satu orang sebagai target yang akan terbunuh di keesokan harinya]
"Para werewolf kembali tertidur dan kemudian karena di tengah malam dokternya lapar mau masak indomie dia akhirnya bangun." [para werewolf tertidur dan dokternya terbangun untuk diberitahu siapa yang terbunuh di keesokan hari. Tapi, sang dokter memiliki sebuah kemampuan untuk menyembuhkan sang korban. Tapi, itu bebas tergantung oleh si dokter apakah ia ingin menyembuhkannya atau tidak. Jika iya, maka di keesokan harinya apabila yang tertuduh itu bukan werewolf, maka di malam berikutnya ia tidak dapat menyembuhkan lagi, tapi jika ternyata benar werewolf ia kembali mendapatkan kekuatan untuk menyembuhkan]
"Dokter tertidur. Mentari telah terbangun dari selimutnya dan semua warga pun kembali bangun" [semua pemain membuka mata]
"Silahkan sesi tuduh menuduh" [semuanya mulai saling tuduh menuduh dengan berbagai macam argumen yang keren sampai yang tidak nyambung sekalipun]

Yah...kurang lebih seperti itulah permainannya. Rumit jika belum dipraktekkan sendiri tapi seru jika dimainkan. Walhasil, permainan ini sukses bertahan hingga malam-malam di kereta Kahuripan tersebut.

Sesampainya di stasiun di daerah Jawa Tengah, saya lupa di kota mana, kami semua turun untuk berfoto dengan Pak Masykur:


Di Jogja kita berhenti untuk berganti kereta.




Gilak tiketnya banyak banget, bisa dijadiin tisu toilet tuh!

Sebelum kita naik kereta berikutnya yaitu kereta Sri Tanjung, kita mengisi perut dulu.


Di sini ada kesan tersendiri buatku. Kita keluar dari stasiun dan berjalan sedikit keluar jalan untuk mencari warung. Banyak orang yang menawari untuk singgah di warung mereka. Posisi warung-warung tersebut berada di seberang jalan, jadi kita harus menyeberangnya...lalu

WUUUUNG!!!

Aku terdiam.

Waktu aku nyeberang dan memang salahku juga nggak tengok kanan kiri, ada sepeda motor yang melaju persis di depanku, mungkin kalau aku melangkah sekali lagi saja aku sudah tertabrak. Yasudahlah, berarti lain kali aku harus lebih berhati-hati. Ternyata orang Jogja pada ngebut-ngebut orangnya ya...atau mungkin hanya orang itu saja. Lalu Rusdi bercerita padaku, waktu dia dulu KP (Kerja Praktek) di Sintang, Kalimantan Barat, tempatnya Erando, dia pernah mau nyeberang dan berusaha menahan laju mobil, ehh malah dianya yang di klakson. Balik ke cerita... Jadi, singkat cerita kita telah menemukan warung kita untuk mengisi perut. Tanpa menggosok gigi lebih dulu aku langsung saja makan.




Di sore atau siang harinya Tito masuk ke dalam kereta. Ia dari Surabaya. Singkat cerita kita akhirnya sampai juga di stasiun kota Banyuwangi pada malam hari sekitar pukul 20.00 WITA. Keluar dari stasiun kita foto-foto. Ini fotonya:



Lalu kita keluar daerah stasiun untuk mencari makan. Jalan untuk menuju jalan raya itu suasananya seperti di wonosalam, kata seseorang diantara rombongan kami. Warung yang ada tepat setelah keluar dari jalan tersebut, langsung menjadi pilihan para rombongan yang sudah lapar ini. Ada yang pesan nasi campur, rawon, teh manis, es jeruk. Setelah selesai makan malam kita menaiki sebuah bus yang akan langsung mengantar kami hingga sampai ke terminal di pulau Bali. Ketika sampai di pelabuhan, kita melihat sebuah spot yang bagus untuk berfoto, namun karena bus terus berjalan, kita tak dapat melakukannya. "Yah, nanti aja pas pulang", kata kami. Bus naik ke kapal dan parkir di dalam semacam garasi kapal tersebut. Lalu kita semua keluar dari bus dengan meninggalkan tas-tas kami di dalam garasi bus. Kita naik ke lantai dua dimana tempat-tempat duduk untuk penumpang ada. Kita mengambil kursi-kursi di sebelah kiri kapal untuk dapat melihat pemandangan laut di luar. Dari sebelah kiri kapal terdapat banyak lampu-lampu yang kecil-kecil, seolah-olah itulah destinasi kami. Hal itu membuat hatiku semakin tidak sabar untuk sampai kesana.

Karena haus, aku membeli sprite di dalam kapal seharga Rp 12.000,00 dan semuanya mengatakan saya orang kaya. Saya tidak peduli karena saya sudah sangat haus. Di bagian tengah tempat duduk ada seorang bule cewek yang pakaiannya sangat backpacker sekali. Keren...pikirku. Ia lalu mengobrol dengan seorang bapak-bapak dan sepertinya ia jadi percaya dengan bapak itu. Aku, Ocan, dan Rizky hanya berdiri di pinggir kapal dan melihat air laut yang terbelah oleh kapal yang bergerak maju ke lampu-lampu tersebut. Tidak lama kemudian, kapal berpindah haluan. Kita bertiga jadi bingung yang manakah sumber cahaya yang merupakan "Bali" itu? Dan hal itu semakin membuat perjalanan menjadi seru. Bosan memandangi kegelapan lautan di malam hari yang tanpa bintang dan disertai gerimis hujan yang lembut itu, kami bertiga kembali duduk ke tempat duduk kami semula dan mulai bercanda-canda dengan tiga wanita di belakang kami, yaitu Memed, Ufia, dan Syarah. Sementara kami masih enerjik, pria-pria kesepian di belakang sudah mulai mengambil posisi untuk menuju "Dreamland". Hanya tinggal aku, Abu, Rizki, Ocan, dan Idam yang masih terbangun. Idam bahkan mengambil sebuah foto tentang kami ketika kami sedang bercanda:



Akhirnya sampailah kami di pelabuhan yang berada di pulau Bali. Dan kami kembali masuk ke dalam bus. Dari sana, bus bergerak keluar dari kapal untuk menuju suatu tempat dimana kami semua akan diperiksa KTP-nya. Kernetnya bilang ke semua penumpang bus, barang siapa yang tidak membawa KTP harap mempersiapkan dua puluh ribu rupiah. Aku bertanya padanya bagaimana jika yang ditunjukkan kartu tanda mahasiswa? Karena Ocan yang waktu itu tidak membawa KTP. Tapi, dia juga tidak mempersiapkan uang tersebut. Walhasil, kita semua lolos pemeriksaan sementara ia tertinggal di belakang. Aku sempat khawatir dan bertanya ke kernet tadi dimana si Ocan mungkin berada. Aku dan kernet tersebut langsung buru-buru ke tempat pemeriksaan untuk mengecek dimana Ocan berada. Memang bikin repot ini orang... Tapi, alhamdulillah tidak ada masalah. Semuanya bisa diselesaikan dengan uang 'damai'. Dari situ kita semua kembali naik bus untuk menuju terminal di daerah Badung, Bali. Akui kira perjalanannya hanya membutuhkan sedikit waktu, namun ternyata lama juga. Bahkan di tengah jalan aku pun tertidur lelap. Tapi, ada beberapa orang yang sepertinya tidak tidur atau tidak bisa tidur karena bus yang kami tumpangi melaju dengan ugal-ugalan, istilahnya. Singkat cerita kami sampai di terminal Badung pada pukul 03.00 WITA. Pertama kali aku membacanya terminal Bandung dan sempat heran, tapi ternyata tulisannya Badung. Dan yang begitu bukan hanya aku, tapi ada beberapa teman yang juga sama sepertiku. Dan dari sinilah pertualangan kami dimulai...

~In Bali Everyday Is Holiday~ part 1

Yey libur telah tiba dan kini saatnya untuk membuat liburan yang mengesankan atau malah mengenaskan. Liburan kemarin kampusku memberikan mahaswa-mahasiswinya jatah liburan selama satu bulan. Oke, lumayan lama dan membosankan jika tidak diisi oleh apa-apa. Minggu pertama aku masih merasa tidak apa-apa dan menikmati masa-masa liburan. Minggu kedua mulai membuat wajahku kurang lebih seperti ini (-_-) dan kemudian minggu ketiga tiba!

Kenapa aku begitu excited dengan minggu ketiga? Karena akan ada hal yang Legen...tunggu sebentar untuk mempersiapkan diri untuk sisa dari kata-kata tersebut...dary! Ya, Legendary! (Mungin yang pernah nonton 'How I met Your Mother' tahu joke ini. Tapi kalau joke ini garing ya maaf-maaf saja. Namanya usaha.

Lanjut, hal Legendary yang akan terjadi pada satu minggu di minggu ketiga liburang semesteran ku adalah trip ke Bali. Dengan tagline #InBaliEverydayIsHoliday kami...aku, Idam, Ade, Angga, Rusdi, Rizky-nya Susi, Fauzan "Ocan", Fithryan, Medina "Memed" Medinauul, Ufia alias Upil, dan Sarah, serta Tito dan Abu-cop berangkat menuju surga dunia. Lebay ya? Aku lupa tanggal berangkatnya pokoknya kita berangkat hari kamis setelah maghrib. Sebelum berangkat kami dikasih makan oleh Ibu dan Bapak Masykur. 





Lumayan pikirku untuk menghemat, hehe, bapak ini tahu aja anak kos pikirku. Habis adzan kita langsung sholat. Gak seperti biasanya dimana kita leha-leha di depan laptop kita langsung sung sholat, lalu naik angkot untuk menuju stasiun Kiara Condong. Di angkot aku kebetulan duduk di samping sopir dan berbincang-bincang dengannya. Dan ternyata sopir itu adalah orang ciamis! WOW! *terusguemestibilangwowgitu?* Yah aku yang duduk di depan membuatku harus memutar kepala 180 derajat untuk dapat ikut ngobrol-ngobrol dengan mereka yang di belakang. Mereka heboh, ribut sekali. Apa sih yang diomongin anak-anak ini, pikirku waktu itu...tapi akhirnya aku ikut nimbrung juga. Aku nyium bau pisang dan setelah noleh ryan sudah menempelkan pisang tersebut di bibirnya dengan menjijikan. Membuatku ingin muntah membayangkan jika harus mengambil pisang itu dari mulutnya dengan mulutku sendiri. Kemudian ia makan nasi, ya, nasi untuk buka puasa. Setelah ngobrol-ngobrol lagi di dalam angkot, tibalah seseorang nyeletuk tentang pulau Lombok. Ya, trip kita memang bukan cuma ke Bali doang tapi mau ke pulau Lombok juga. Kenap Lombok? Ada ada dengan Lombok? Rupanya...Lombok memiliki sesuatu yang semua pria maskulin, gentlemen hingga pria shemale juga ikut menggebu-gebu ketika mendengarnya. Yaitu, NUDIST. bagi yang tidak tahu nudist silakan search saja di google dan siapkan mental diri Anda. Seraya mendegar kata itu keluar dari salah satu anak-anak di belakang sontak aku langsung menyeringai "Yeah!" karena bahagianya.

Oke, singkat cerita kami sudah sampai di depan stasiun Kiara Condong dan kami semua keluar. Lalu ada satu barang terakhir yang mau tidak mau harus ikut kita keluarkan mesikpun itu bukan barang milik kita. Yaitu koper milik Pak Masykur yang beratnya naujubillahiminzalik. Untung bukan aku yang ngangkat jadi ga masalah (y). Sesampainya di dalam kita langsung menaruh barang-barang kita di lantai dan duduk-duduk sembari menunggu kereta untuk datang. Lalu kita sholat dulu di musholla dengan meng-qoshor sholat kita. Eh, secara tidak sengaja kami bertemu dengan seorang bapak-bapak dari Senkom. Pas sudah selesai kita kembali ke tempat tas-tas kita. Foto-foto dulu, ini foto-fotonya:







Dan kereta pun akhirnya datang. Malam-malam berangkat naik kereta ekonomi tidak membuat kita muntah seperti seseorang yang dua menit naik angkot lalu muntah. *Esss yang kene'an* Kita juga tidak bosan-bosannya asik ngobrol dan mengisi waktu luang dengan membaca dzikir. Ya, itulah para penghuni PPM RJ. Patut dibanggakan.

Itu cerita yang ingin kutulis di website PPM.

Ini hal yang sebenarnya terjadi. Kita menghabiskan waktu dengan bermain kartu sepanjang malam. Lalu, satu demi satu makhluk-makhluk berdosa ini pun berguguran dengan memejamkan kedua buah matanya masing-masing. Hingga akhirnya hanya tinggal beberapa orang yang masih bangun. Mereka masih asik bermain hingga...

Seorang misterius datang mengahmpiri mereka. Ia datang dan mengajak ngobrol. Ia hanya berdiri di lorong gerbong. Awalnya basa-basi gitu nanyain boleh gabung ga... Awalnya kupikir ini salafi atau semacamnya yang ingin mengajak bergabung atau gitu lah. Eh, ga tahunya dia malah nasehat. (-_-")a
Haha aku sampai tidak habis pikir. Kebetulan pas dia datang aku baru saja terbangun dari tidur-agak-kurang-bisa-nyenyak-ku. Dengan senyum di wajah aku terus memperhatikan kata-katanya. "Dia siapa?",pikirku. Intinya dia cerita dia dulu itu preman dan awal mulanya dia main judi itu dari main kartu. Intinya dia menasehati kita supaya berhenti dan melakukan hal-hal yang bermanfaat seperti dzikir. Astaga~apa itu malaikat yang menyamar?pikirku. Apa dia bentuk teguran Allah? Who knows... Singkat cerita kita semua berhenti dan orang itu pergi. Sungguh misterius.

Hari berganti dan kita masih di dalam kereta...horeee~ Dengan segala macam posisi duduk kita tidak dapat berbuat apa-apa selain ya itu...duduk. Aku sudah mulai bosan. Yang lain masih asik ngobrol. Lalu, di suatu stasiun naiklah Angga dan Abu ke dalam kereta. Dengan naiknya Angga, dia membawa secercah harapan bagi kami penumpang kereta Kahuripan ini. Ia membawa sebuah game yang sangat menarik.


Ini cowok-cowok nya

Nah ini cewek-cewek nya... termasuk yang pakai baju kuning sama hitam


Ga tahu harus komen apa. 4LaY!

Ini baru cewek


Seminar "Road to Entrepreneur"

Hai! Tanggal 26 Januari kemarin aku ikut seminar yang berjudul 'Road to Entrepreneur' yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa SBM ITB. Tempatnya di Giant Pasteur. Pagi-pagi aku sudah mandi dan jam setengah sembilan pagi aku sudah berangkat. Aku sedikit mutar di jalan buah batu, takut kena tilang karena STNK ku sudah habis. Walaupun begitu, dan berusaha mencari tempatnya dengan bertanya-tanya ke orang sana dan sini, akhirnya nyampe juga jam sembilan tepat! Jam sembilan lewat sepuluh gitu aku sampai ke meja registrasi. Panitianya keliatan sangat siap dengan acara seminar ini. Beda sama seminar yang dulu pernah aku adakan sam unit-ku. Tapi, yasudahlah...namanya juga masih pertama kali waktu itu ditambah lagi emang sumber daya nya yang sedikit waktu itu. Oke, lanjut ke topik. Aku nuker bukti transfer-ku dengan tiket dan kupon yang katanya jangan sampai hilang karena kalau mau ngambil sertifikat pake kupon itu. Oke, langsung aku kantongin dua-duanya. Lalu aku masuk ke dalam. Aku duduk di barisan tengah, tapi mengambil posisi yang paling pinggir biar kalau mau ke belakang gampang. Lihat-lihat sekitar, dari seluruh jumlah kursi yang disediakan, yang terisi baru 20%. Ternyata eh ternyata, aku lihat Hall of Fame-nya yang dipasang persis di depan, jam mulainya itu tertulis jam sepuluh. "Sial, aku kena", pikirku. Harusnya aku tahu kalau seminar gini nih biasanya suka dicepetin di tiketnya. Bosen, aku clingak-clinguk gak jelas dan satu-satunya hal yang bisa menarik perhatian aku cuma in-focus yang dipasangi video pembukaan acara seminar ini. Selama nunggu satu jam aku udah liat 4 kali ini tayangan. Setiap 15 menit mereka puter sekali. Aku sampai hampir hapal sama sponsor-sponsor nya.

Akhirnya! Setelah sejam nungguin, MC mulai ngomong di mic-nya. Hatiku sudah mulai agak senang. Begitu aku lihat sekeliling, bangku yang tadi masih kosong hampir terisi semua. Dan tebak berapa jumlah pesertanya, 800 orang. Fantastis.haha.  MC nya ada dua. Cewek dan cowok. Oke, mereka gak jelek, tapi kurang kompak. Terutama si MC cowok-nya, dia keliatan kaku dan agak kurang pas timing ngomongnya. Kalo MC ceweknya sudah mantap. Kemudian ada sambutan dari dosen. Lalu dipanggil moderator-nya, siapa dia? Dia adalah Adenita. Adenita adalah penulis novel 9 matahari yang mendapat beberapa penghargaan. Setelah Adenita dipanggil naik ke atas panggung, lantas pembicara pertama juga ikut dipanggil ke atas. Yaitu 'Cak Eko' yang punya bisnis 'Bakso Malang Cak Eko'. Sejarah perjuangan bisnis nya emang gak gampang. Ia gagal sepuluh kali dulu untuk berhasil sekali. Mulai dari usaha jualan hape, busana, dan lain-lain. Sebelum ia memutuskan untuk menjadi entrepreneur ia dulunya jadi kontraktor bangunan. Sejarah perjuangannya itu ditampilkan melalui sebuah video yang ditampilkan melalui proyektor. Di film pendek itu diceritakan bagaimana ia merantau ke Jakarta dan disana ia mulai menjalani usahanya. Mulai dari bisnis handphone, busana, dan lain-lain. Kemudian ia sampai di bandara dan melihat restoran bakso yang ada disana. Ia lalu berpikir, kok bisa usaha jualan bakso bisa menyewa tempat di bandara yang harganya sangat mahal itu. Lalu ia masuk ke dalam, bertanya-tanya mengenai harga sewa di bandara tersebut kepada karyawannya. Katanya jumlahnya pertahun itu 300 juta rupiah. Luar biasa. Harga sewa tempat yang sangat mahal. Itu belum termasuk gaji karyawan. Berarti untung yang didapatkan sangat besar. Dari situlah ia berpikir bahwa bisnis bakso ini adalah bisnis yang menjanjikan. Semenjak itu ia mulai usaha catering bakso. Awalnya banyak yang bilang bakso dia gak enak. Tapi dia gak nyerah dan terus berusaha membuat bakso yang enak. Sampai ia berhasil. Dan kemudian ia bikin cabang sampai ratusan! Lanjut ke materi, salah satu materi yang ia berikan pada peserta seminar waktu itu adalah 'beda antara pedagang dengan entrepreneur. Ia menjelaskan bahwa pedagang adalah seseorang yang berjualan hanya sekedar untuk menafkahi dirinya sendiri (dan keluarganya). Sedangkan seorang Entrepreneur adalah seseorang yang berpikir bagaimana caranya agar dia bisa menafkahi dirinya, keluarganya, dan orang lain. Ia memberikan perumpamaan, apabila kita punya karyawan, maka kita juga akan ikut memikirkan kesejahteraan karyawan kita. Dan itu akan berdampak positif terhadap motivasi kita. Kita jadi merasa bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain, dan hal itu membuat kita otomatis menjadi lebih rajin lagi bekerja. Seorang Entrepreneur juga memikirkan bagaimana caranya untuk selalu mengembangkan usaha yang dimilikinya. Ia membuat percontohan bagi kami, peserta seminar waktu itu. Ia bilang bahwa ia suka sekali dengan sebuah warung yang masakannya enak dan memang laris di dekat rumahnya. Namun, setahun kemudian, warung itu tidak ada perubahan, tetap seperti dulu, yang beda hanya warna cat-nya saja. Maksudnya, bisnisnya hanya begitu-begitu saja. Seorang entrepreneur harus sebaliknya. berpikir bagaimana caranya agar bisnisnya semakin berkembang.

Hal kedua yang ia bagikan kepada para peserta adalah teknik promosi yang murah (atau malah gratis). Jadi, ia cerita bahwa dulu ia suka sekali pergi ke toko buku untuk cari majalah. Bukan...bukan buat dibeli, tapi untuk dicatet alamat email redaksi majalah-majalah tersebut. Ia kirim email yang sama ke 20 redaksi yang kurang lebih isinya seperti ini: "Yth. Redaksi Majalah X, saya adalah Cak Eko,pemilik Bakso Malang Cak Eko yang pernah 10 kali gagal dalam usaha, dan kemudian baru berhasil di usaha saya yang ke-11. Mohon cerita saya diliput. Karena saya adalah pembaca setia majalah Anda". Email ini maksudnya minta diliput secara gratis. Kata Cak Eko, kata-kata pamungkas nya ada di kalimat terakhir, yakni "karena saya adalah pembaca setia majalah Anda". "Padahal saya cuma baca gratis di toko buku, bukan langganan", tambah Cak Eko waktu itu. Yah, biasalah permainan kata-kata hehehe.

Pada saat di media sedang heboh-hebohnya 'bakso tikus' Cak Eko bilang ia sudah mengantisipasinya terlebih dahulu. Ia mengatakan ia sudah punya sertifikat halal dan sebagainya. Jadi, sebagai seorang entrepreneur kita harus jeli melihat ancaman lalu segera mengantisipasinya sebelum hal itu terjadi.

Dari kursi peserta lalu ada yang bertanya bagaimana Cak Eko bisa gigih dalam menjalankan usahanya tersebut meski sudah berkali-kali gagal. Ia memberi pesan agar kita selalu menjaga impian kita. Agar kita juga mencari teman curhat yang bisa memotivasi kita. Kita harus memilih teman yang pas untuk diajak curhat. Karena beberapa orang ketika diajak curhat mengenai impian malah justru akan memberikan saran untuk berhenti berusaha. Dan hal itu akan justru membuat semangat kita turun. Ia juga menambahkan bahwa ia suka ikut komunitas. Mungkin dari situ juga ia dapat semangat ya?

Cak Eko berpesan bahwa bisnis itu bisa dimulai dengan modal kecil. Jika punya modal yang kecil, yasudah mulai aja bisnis yang modalnya kecil. Tidak perlu menunggu modalnya besar.

Cak Eko bilang kita itu punya tiga jenis teman. Yang pertama itu teman main. Teman seperti ini belum tentu bisa diajak untuk berbisnis. Yang kedua adalah teman hidup alias pasangan. Pasangan hidup juga belum tentu cocok untuk diajak berbisnis. Lalu yang ketiga adalah teman bisnis. Nah, untuk mencari teman bisnis ini ia memberikan satu tips khusus. Tips yang bisa membuat kita bisa menilai apakah orang yang kita ajak untuk menjadi rekan bisnis kita itu bisa dipercaya atau tidak. Jadi, langakah pertama, ajak si doi untuk makan. Setelah selesai membuka obrolan tentang bisnis yang mau dijalani, dan ketika sudah tiba giliran untuk membayar, jangan biarkan si doi membayar duluan. Usahakan kita yang terlebih dahulu memesan bill-nya. Lalu, lihatlah responnya. Apakah si doi pura-pura ke WC (yang berarti bukan rekan yang cocok), ataukah ia akan menyambar untuk membayar bill-nya. Jika iya, maka ia bisa dibilang cocok. Tapi, sebelum memutuskan cocok atau tidak, lihatlah raut mukanya ketika membayar. Jika ikhlas berarti cocok sudah. Lalu, di kesempatan lain ajaklah ia makan lagi. Kali ini, kita yang harus membayar. Karena bisa jadi si doi ternyata juga mengetes kita. Jika ia masih menyambar lagi untuk membayar bill-nya, maka ia adalah orang yang tepat sebagai rekan bisnis Anda.

Kemudian, tibalah waktunya bagi pembicara kedua, yakni mbak Paramita Indah. Beliau adalah ketua HIMPI Bandung serta seorang technopreneur. Beliau bersama timnya berhasil membuat sebuah produk di bidang teknologi yang membuat energi alias listrik dari arus laut dengan menggunakan turbin. Ceritanya, beliau dan anggota-anggota tim nya itu dalam membuat proyek tersebut harus bekerja dalam team work alias kerja sama tim. Kenapa harus begitu? Jawabnya adalah karena untuk membuat produk tersebut, orang yang membuat turbin itu punya jurusan yang berbeda dengan orang yang menghitung hitung-hitungan energi dari arus laut nya. Jadi, untuk membuat produk yang mereka buat itu mereka harus mencari ahli-ahli di bidangnya masing-masing, dengan kata lain berbeda dengan pembicara yang sebelumnya, mereka tidak bisa membuat produk mereka jika tidak bekerja sama dengan orang lain. Di sini kita ambil saja pelajarannya bahwa networking itu sangat penting dan bahwa kita bisa membuat suatu produk yang berinovasi dengan menggabungkan berbagai macam ilmu ke dalamnya.
Ketika tiba sesi tanya jawab, dari pihak peserta ada yang bertanya, "Mbak, saya juga buat suatu produk bersama dengan teman-teman saya, tapi kami terkendala dengan masalah dana. Kalau mbak dulunya bagaimana dalam mengatasi hal tersebut? Karena pasti produknya mbak juga butuh banyak dana kan?"
Kurang lebih seperti itulah pertanyaannya waktu itu. Jawabannya mbak Mita waktu itu, dia berkata bahwa mereka mengajukan semacam proposal. Saya tidak ingat ke siapa, tapi begitulah intinya.

Lalu, kemudian adalah saat bagi Bapak Dahlan Iskan sebagai pembicara. Beliau membawakan materinya dengan santai dan kocak, menurut saya. Saya tidak akan menuliskan serinci mungkin tentang apa-apa yang terjadi pada saat beliau berbicara karena pertama, saya menulis ini hampir sebulan setelah acara ini berlangsung sehingga saya sudah lupa-lupa ingat tentang kejadian-kejadian pada waktu itu, dan yang kedua karena memang terlalu banyak hal-hal yang terjadi pada saat itu. Jadi, saya hanya akan menuliskan beberapa poin-poin atau rangkuman dari apa yang pernah beliau sampaikan.

Yang perrtama, beliau mengatakan, bahwa usia prima adalah pada saat usia kita menginjak usia 30-an. Yang kedua, beliau tidak mengatakan hal ini dengan satu kalimat persis seperti yagn akan saya tuliskan, tapi intinya kurang lebih seperti ini: 'Bahwa awal-awal jadi pengusaha itu harus latihan menahan emosi'. Saya juga sudah lupa apa sebabnya mengapa harus begitu. Yang ketiga, pada waktu itu beliau menyampaikan bahwa seorang pengusaha itu akan bijak karena pengalamannya pada kegagalan. Yang keempat, beliau menjelaskan bahwa jika di dalam suatu perusahaan peranan seorang pemimpinnya itu hanya tinggal 30% nya saja maka budaya dari perusahaan itu telah tercipta. Namun apabila peranannya masih 50% keatas, maka biasanya budayanya masih sesuai karakter pemimpin tersebut. Pada waktu itu beliau memberikan suatu perumpaan. "Apabila saya punya anak buah, maka anak buah saya minimal harus seperti saya", kata beliau begitu pada waktu itu. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya adalah karena semakin besarnya lingkup karyawan yang ada, maka interaksi antara pemimpin dengan karyawan akan semakin berkurang terutama dengan karyawan tingkat bawah. Beliau memberikan satu lagi perumpamaan, bahwa beliau hanya akan mengurusi 50 orang di sebelah kanan dan 50 orang di sebelah kirinya. Beliau tidak ingin mengurusi 50 ke atas orang di sebelah kanan dan kirinya karena mereka itu sudah terlalu jauh dari beliau sendiri. Itu adalah sebuah perumpamaan. Makanya, pikir saya ada bos dari bos, dan ada karyawan dari karyawan. Di perusahaan-perusahaan biasanya ada orang-orang yang menjabat sebagai apa, dan mereka membawahi beberapa karyawan. Saya pikir itu adalah supaya visi dari pemimpin tertinggi bisa tersampaikan sampai ke karyawan yang tingkat paling bawah sekalipun. Itulah fungsinya pikir saya. Yang kelima,  lalu, kemudian ketika sesi tanya jawab ada seorang bapak-bapak yang maju ke depan panggung berdiri di samping bapak Dahlan Iskan bermaksud mengajukan sebuah pertanyaan, tapi kesempatan itu malah digunakan untuk memuji-muji pak Dahlan dan curhat colongan. Yah, begitulah. Bapak tersebut bercerita bahwa ia punya sebuah usaha dan ia ingin agar anaknya yang sudah dewasa ini menggantikan posisi dia sebagai pemiliknya dan menggantikannya mengurusi tokonya tersebut. Namun, sayang sekali anaknya itu tidak ingin menggantikannya mengurusi tokonya tersebut. Hal ini membuat si bapak tadi ingin mendapatkan saran darinya. Bapak Dahlan hanya memberikan petuah bahwa sebaiknya seharusnya bapak yang tadi mempercayakan dan menyerahkan usahanya kepada anaknya dengan lebih cepat. Jangan menunggu hingga kita telah tua. Beliau memberikan contoh dengan dirinya sendiri. Ketika beliau menjabat sebagai Dirut PLN, lalu beliau jatuh sakit sehingga tidak bisa mengurusnya, beliau menyerahkannya pada anaknya. Dan hasilnya pun baik. Yang keenam, 'diferensiasi'. Yang ketujuh, 'Jadi pemimpin itu otomatis di tempat yang kita sukai'. Yang kedelapan,  'konsumen ingin mengenal sang produk'. Yang kesembilan,  'sakit hati itu penting'. Untuk hal yang terakhir, sakit hati itu memang penting karena hal itu akan memacu kita untuk lebih semangat berusaha.

Begitulah ringkasan tidak jelas ketika Pak Dahlan Iskan naik sebagai pembicara. Maaf, karena sang penulis sudah banyak lupa.

Kini, tibalah saatnya bagi sang pembicara terakhir untuk naik. Beliau adalah Bapak Bong Candra. Bapak Bong memiliki beberapa cabang bisnis, diantaranya yaitu bisnis properti, dan cafe. Dalam bisnis properti beliau jeli melihat situasi atau moment untuk melakukan transaksi. Beliau cerita bahwa beliau membeli properti itu biasanya pada saat-saat lebaran. Kenapa? Karena biasanya orang pada waktu dekat lebaran butuh banyak yang secepatnya, jadi lebih mudah di-negosiasi. Hal yang kedua beliau menyampaikan agar kita melihat apa yang orang lain tidak lihat atau tidak mau lihat. Waktu itu beliau mencontohkan, beliau melihat sebuah lokasi yang ada sungai alias kali yang bisa berpotensi sebagai perumahan. Tapi, siapa yang mau membeli sebuah rumah yang dekat dengan kali? Jadi, untuk mengakali hal tersebut beliau membuat sebuah iklan yang kurang lebih seperti ini bunyinya, "Dapatkan sebuah rumah dengan bonus riverside walk". Kata riverside walk terdengar keren di telinga sehingga orang bisa tertarik. Padahal, kata beliau, artinya ya sama-sama di pinggir kali.

Poin selanjutnya dari penyampaian beliau adalah supaya kita dapat memberikan surprise atau nilai tambah bagi konsumen. Kemudian beliau juga mengatakan bahwa 'hal yang mudah tidak ada imbalannya, tapi hal hyang sulit ada imbalannya'. Hal ini memang masuk akal dan memberikan suntikan semangat. Lalu beliau bercerita sesuatu tentang 'berikan sentuhan emosional'. Saya lupa penjelasannya karena sudah lupa.

Comfort zone? Get out!

Mata uang kita itu waktu. Quote ini keren. Dalam 24 jam dalam sehari, berapa uang yang  bisa kita hasilkan? Jika kita dapat membuat uang misalkan 50 juta dalam sebulan dan sebenarnya kita dapat membuat lebih dari 50 juta, katakanlah 150 juta, tapi kita tidak punya waktu, maka sebaiknya kita limpahkan 50 juta yang pertama kepada orang lain dengan sejumlah imbalan dan kita urusi yang sisanya, yaitu 100 juta, sehingga kita dalam sebulan bisa dapat lebih dari 50 juta.

Sebelum beliau mengakhiri sesi pembicaraannya, beliau memberikan satu quote terakhir. 'Mengerjakan apa yang kita adalah berkah, mengerjakan hal yang tidak kita sukai dan bagus adalah profesionalitas'.

Demikianlah catatan saya untuk workshop kali ini. Mohon maaf apabila tulisannya jelek dan teralalu simple dan tidak jelas. Ini memang salah saya juga karena tidak menulisnya dengan lebih cepat sehingga saya mungkin tidak sempat lupa dengan materi yang disampaikan.

Akhir kata, terimakasih karena sudah membaca postingan ini. Keep ROCK!!! (?)